Semasa ini, kutuliskan kisah dari kemasaman nurani. Agar ketika jasadku disebut mati, bunga yang ramah kupetik masihlah mekar mewangi-- Agar ketika ji
Kepada rindu itu selayak memandang ruang sastra tanpa batas walau terlahir wujud seutuh puisi dan hanya ukiran-ukiran pena rahsa sanubari Kepad
Kami, sang Puisiterlahir atas rangkaian aksara-aksara imajinasiatas segala kekurangan yang berterimakasihdengan kelebihan satu sama lainpun saling mel
Gadiskukau termenung, tersenyum manjamenikmati aroma hitam putih suasanadi sekitaran, dalam kesendirianmemaknai waktu dari sketsa udaramenjajaki rindu
Dari searah warna sunyi-- bersuara ; langit menaruh gelap tiada berujung menyimpan rahasia demi rahasia tentang separuh paru-ku hanya terdengar desah
Butir demi butir gerimis dari kedua mata, terus berguguran di atas kertas usang, melunturkan tinta pada sebagian puisi, terlebih, menyempitkan ruang d
Selalu saja menyejukkan, melihat cara langit membentangkan sayap-sayap jingganya. Sama menyejukkan ketika bayang seraut gadis berkhimar, penuh kalam k
Merdu rerintik nyanyian hujanmenyapa wajah keharuan insanmenebar aroma khas tanah lembabmenyeka gerah luka jiwa yang lelap Desaupun terdengar sei
Tertanam di setanah hampayang ada hanya sisa dedaunan keringdedahanan rapuhdan akar sepohon kayu yang beranjak mati Sungguh sebentuk romansa yang
Setumpuk kekata sunyi yang menempati gelap ; Dari kaca jendela serasa mimpi-- lebih sekedar imajinasi dan masa keharuan menghampar luas terlukis pada
Tinta dari titik rahsamenggema, menitis sederetan aksara biasa (alpaprana)memekakkan telinga jiwa Pada sebentuk buku sederhanadi selembar kertast
Perlahan, udara membawa jejak-jejakkumelebur ke dalam tanah berembundari sebuah prahara asmarayang kuseduh hangatpada secangkir sajak pagi Dalam
Di atas pasir waktukita adalah kekata sajakdengan senja yang pucat manjadalam gemercik hujan-hujan kecildi sudut birai bungalowmerangkai aksara jiwadu
Pagi, aku menyebutmu ; peta waktu yang terlahir kembalisebab sajak tak berpena dicipta sendiridalam keterasingan sisa-sisa mimpipandang gelap berangsu
Daun Kamboja menatapmu seperti-ku kembali pada tujuan kehidupan di dalam ruang-ruang puisi gemuruh dengan kalam-kalam pena mengalir jujur pada lembar-
Serumpun alang-alang melukis kabut malangsiang kinihingga layu pasrahjatuh bersimbah lelah Sepertiku yang enggan berprasangkakepada cintaketika r
Sinaran pucat rembulan malammembias dari balik dahan-dahan Jatimemaksa mata enggan berpaling dari kesunyian Berandai, itulah warna bayang kekasih
Bila kerinduan kita menjelma sajak-sajak pujangga, ijinkan aku menjadi arwah tinta yang setia mengikuti arah gerak pena, menuliskanmu pada kertas kehi
Sepagi tadi, kutitipkan harum kerinduan pada ujung daun Mahoni, di lereng Sidomukti. Agar ketika angin berhembus dengan lembut, bayang jiwaku tlah sam
Se-siang ini ruang anganku mengecil menyerupa sisa-sisa tinta di ujung pena melantun arwah puisi tentang sgala warna hati menyatu dengan rahsa diri me