Kopi pahit legit di atas meja gadis langit Tersaji dalam piala-piala, nampan emas. Akan kau minum dengan matamu yang menjuntai, mengintai tubuh-tub
DIANTARA CAHAYA SEMESTA Siapa gerangan tinggalkanmu dalam kesendirian lunta? Dia tak tahu ada cahaya semesta yang lindungi raga dan rajutan cin
Kamar kost ini beku berton-ton es batu dan salju menyusup lewat jendela. Juga beku oleh sumpah serapah tetangga yang tak rela rasa cemburunya dijaj
Kenapa angin datang menghapus riak yang mengalun di atas tubuhmu? Itu pertanda kau terpilih dalam urat waktu Tak usah kau tunduk pada lutut yang me
Uh, usaplah batang kenikmatan dengan lembut hingga tumbuh daun-daun, bunga-bunga, buah-buah. Usaplah ia dengan lembut di antara panah-panah api yan
Matamu sungguh sempurna, Laila. Mata yang memancarkan pesona surgawi, melengkung dalam nirwana cinta. Cahaya matamu melebur segala ilusi, melunturkan
Saat kau terbaring lemah di ranjang ini, aku mendoakan kau dalam sepiku. Senyap aku seperti ditelan gurita. Rasa resahku memuncak dalam setiap tarik
Alir sungai kian dangkal seiring dangkalnya hati penghuni negeri. Buaya buaya kian mengganas, merampas segala kuasa di pesisir sungai, di negeri yang
PAYUNG MERAH Payung merah menaungi altarmu, berlatar bunga-bunga. Dua kursi besi mengingatkanku lagi pada kisah celotehan camar, yang dulunya gem
KAPAN KITA PERANG LAGI, TUAN? Gemerincing suara pedang di padang tempur Keringat mengucur, Darah bercampur dalam genang lumpur Dengusan napas
BERSANDING DI KURSI TUA Debu mengelupas dari kenangan di atas kursi tua, Mengayun di bawah kepak senja Tiang-tiang baja menyimpan segumpal darah
Penat segala sendi aku menyusuri kota ini. Memandang dedaun, menatap lautan, tembok-tembok gedung kota, meunasah-meunasah yang dimanja, juga pendapa p
[caption id="attachment_249261" align="alignleft" width="257" caption="Peta Lamno: images from Google"][/caption] LAMNO, sebuah kota kecamatan keci
Seribu sufi telah mati. Seribu lelaki sedang mencoba mengais-ngais tanah-tanah berbatu dalam sepi. Bukan sebagai pemecah batu, meski mereka penuh
[caption id="attachment_64608" align="alignleft" width="284" caption="mari telanjang untuk sastra persada. melangkahlah dengan bentuk apapun nasibmu (
[caption id="attachment_63821" align="alignleft" width="300" caption="Dalam ketidakberdayaan, Tuhan mengusap jiwa dan badan dengan cinta-Nya (Gbr: Goo