Saya menulis ini pada pagi di Stasiun Universitas Indonesia. Itu pagi yang ceria: matahari muncul dengan senyumnya yang cerita, orang-orang yang ingin
Ada seorang laki-laki menghampiri saya, di stasiun Tanah Abang. Badannya tinggi tegap. Memakai kaos polos hitam dan celana jeans panjang. Ia memberika
Untukmu yang (mungkin) tak tergapai. Hai kamu yang ada di dalam otakku, kamu yang tak bisa melihatku. Melihatku berjalan membawa setangkai ‘obat’ p
Untuk kamu yang masih lari-lari dalam bayanganku.. Kamu apa kabar ? sudah lama kita tak berjumpa. Sekitar 6 bulan yang lalu terakhir aku melihatmu s
Hai lagi kamu. Akhirnya aku sudah disini dan menikmati hawa itu kembali. Kembali, ya aku kembali untuk menepati janji yang kita buat. Entahlah.. Te
Aku bingung harus memulai darimana suratku ini.. terlalu banyak cerita tentang mu hingga tak bisa lagi diungkapkan, aku ingin frontal tapi lebih baik
Hai.. Selamat Hari Senin Kamu :) Semoga hari ini dilancarkan harinya yah :) Jangan lupa Sarapan, makan siang dan makan malam. Jangan lupa sholat :)
Hai… Masih ingat aku ? :) yang kemarin, yang mengirimkan surat pertama untukmu :) sudahkah kamu membacanya ? jika belum, ku sarankan kamu membaca s
Ini mungkin akan menjadi Surat kedua ku untukmu :) disurat ini boleh aku memanggilmu ‘sayang’ ? Aku ingin bernostalgia dengan remahan kenangan yang
aku tak berani membenci mu karena aku terlalu sayang kamu kalau aku membenci mu aku takut makin sayang kamu jika aku jadi membenci mu aku khawat
dear mas ku , hari ini aku sedikit lega karena kakak mu tadi , mau membantu ku untuk menyampaikan telepon dari ku dan aku bisa mendengar suara
Ayah..Mama.. Anakmu sudah sarjanaaa! (^,^)/ Masih jelas melekat di ingatan, hari itu, 5 Januari 2012, hari kelulusan dian sebagai Sarjana Pertania