Cerita sebelumnya:Tom akhirnya menemukan orang yang akan membantu dia untuk menulis novel. Seorang bidadari yang juga pustakawan dimana tempat Tom ser
Mendadak diumumkan kalau besok akan dilaksanakan peringatan Hari Kartini. Pengurus OSIS langsung dikumpulkan. Lalu diberi pengarahan bahwa
Tidak semua orang yang menjadi guru karena idealisme. Banyak orang menjadi guru karena gagal ke mana-mana. Itulah generasi yang sudah agak
Ibu masih terus bercerita masa lalunya. Diah tak menyangka. Begitu menderitanya ibu. Begitu remuknya hati ibu. Saat kami, anak
Ibu sudah duduk saat kami kembali ke kamarnya. Senyumnya begitu sumringah menyambut kami. Sayang, Mas Juli tak tahu bagaimana ibu menyajik
Masa petualangan. Itulah masa-masa Rara. Seperti dulu Diah juga pernah memimpikannya. Ingin mengenal banyak dunia. Ingin merasa
"Wah sedang ngomongin aku, ya?" kata Kak Juli menghampiri kami sedang duduk.Kak Dini sigap berdiri. Menghampiri Kak Juli. Menuntunnya dudu
"Dia bukan buta, tapi dia telah melihat dengan cara berbeda," kata Dini dengan suara yang begitu yakin. Begitu teguh. Suara yang bukan han
"Assalamualaikum," salam laki-laki buta tersebut."Waalaikum salam," jawab Diah sambil menghampirinya."Ibu mana?" tanya laki-laki itu lagi."Bapak
Wajah Lina tampak pucat sekali. Tubuhnya kurus. Bahkan pakaian yang dikenakan tampak lusuh."Kamu harus menolongku, Di," kata Lina gugup."Kenapa?
Kematian.Betulkah kematian hanya sebuah gerbang? Gerbang menuju keabadian. Gerbang menuju surga atau neraka. Diah sering muak dengan
Doa adalah perbuatan orang-orang bodoh. Orang yang terlalu ringkih menghadapi cobaan. Orang cengeng yang bingung menghadapi kenyataan.Tapi biarl
Lalu siapa ayah Diah yang sebenarnya?Yu Karti hanya diberi amanat untuk bercerita hanya sampai di situ. Untuk yang lebih dari itu, Yu Karti gele
Yu Karti.Perempuan itu telah menjadi ibu kedua Diah. Kalau ada persoalan yang tak bisa didialogkan dengan ibu, Diah selalu datang ke pangkuan Yu
Hampir saja Diah terperana melihat sosok yang ada di depannya. Orang yang berdiri tak jauh dari batu kuda itu memang sangat mirip dengan Dodo. &
Pertanyaan itu yang paling ditakuti Diah. Pertanyaan yang selalu menjadi teror bagi hari-hari Diah. Kenapa harus ada pertanyaan seperti it
Ibu belum juga mengucapkan satu kata pun. Suasana jadi begitu menegangkan. Apa ibu juga masih ragu untuk mengatakannya? Entahlah. &n
Malam mulai larut. Mereka bertiga masih ngobrol. Tak ada rasa ngantuk. Tak ada rasa lelah. Yang ada dan penuh di dada mereka a
Senyum itu masih juga renyah. Senyum itu masih seperti dulu. Bertahun-tahun Diah merindukan senyum itu. Senyum yang selalu menentram
Hujan hampir usai. Tinggal rintik yang ritmik mengiringi langkah Diah. Dan cowok yang dari tadi mengiringi jalan Diah. Waktu itu, te