Perhelatan Asian Games telah selesai dan ditutup dengan closing ceremony yang juga diisi oleh dua boyband Kpop, Super Junior dan iKon. Berhasil meraih posisi ke empat di negara sendiri bukanlah suatu hal yang dianggap remeh. Dengan perolehan emas sebanyak 31 medali, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu membuat kita layak untuk bnagga terhadap para atlet serta masyarakat yang telah memberikan dukungannya.
Dukungan bagi para atlet tidak hanya datang dari masyarakat yang menonton langsung di GBK ataupun di Jakabaring Sport Center, tapi juga dari orang nomor 1 di Indonesia.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang sudah beberapa kali menyaksikan secara langsung perolehan medali emas di beberapa cabang olahraga, sebut saja Jonathan Christie, salah satu pemain tunggal putra yang menyabet emas setelah menang melawan pemain China Taipe.
Selanjutnya dalam pertandingan silat yang juga didatangi oleh Prabowo Subianto, selaku Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia yang juga tengah mempersiapkan diri sebagai kandidat orang nomor satu di Indonesia dalam Pilpres 2019 bersama Sandiaga Uno.
Kemunculan Jokowi dalam berbagai kesempatan di ajang Asian Games tidak hanya mendapat pujian, tapi juga cibiran dari kalangan masyarakat.
Ada yang menganggap bahwa Jokowi merupakan salah satu pimimpin yang peduli, dalam artian menghargai para atlet yang sedang berjuang. Memberikan dukungan secara langsung, tanpa sikap 'Jaim' yang biasanya melekat pada sosok seorang pemimpin. Tak malu untuk memakai pakaian yang merakyat di pesta bergengsi bahkan dalam jabatannya sebagai seorang presiden.
Tapi ada juga, orang-orang yang mengatakan bahwa Asian Games itu ajang Jokowi untuk menyebar jala, menangkap ikan-ikan kecil dan besar yang nantinya dipanen dalam Pilpres 2019. Aksi pelukan antara Jokowi dan Prabowo serta Hanifan juga dianggap sebagai salah satu 'scene' yang dijual pada masyarakat untuk mendulang pundi-pundi dukungan bagi keduanya-pemimpin kita akur-
Kedatangan Presiden Jokowi dalam perhelatan akbar Asian Games itu dianggap sebagian dari kampanye, untuk mencuri hati masyarakat agar kembali memilihnya sebagai presiden pada periode kedua nanti.
Lalu bagaimana dengan Prabowo? Bukankah beliau juga salah satu kandidat dalam Pilpres 2019? Kalau begitu adil kan? Jokowi dengan aksi pedulinya sebagai kepala negara dan Prabowo sebagai aksi pedulinya sebagai Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia dan kandidat Calon Presiden pada Pilpres 2019. Lalu apa bedanya?
Joko Widodo dianggap 'mencuri start' dengan melakukan kampanye lebih awal. Lalu apa beliau harus diam saja? Duduk di atas kursi kerjanya di istana tanpa memberikan semangat bagi anak-anaknya yang sedang berjuang?
Kalau keluar dan melihat rakyat saja dianggap kampanye terselubung, lalu bagaimana dia melihat proyek-proyek besar di daerah yang digadang sebagai Proyek Strategis Nasional? Jangan-jangan, dia keluar rumah dan pergi ke swalayan saja dianggap cari perhatian masyarakat?