Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Yang Istimewa dari Kompasiana TV

21 Agustus 2015   19:35 Diperbarui: 21 Agustus 2015   19:40 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Oleh Tabrani Yunis

Sudah lama aku ingin menuliskan tulisan ini. Seharusnya tanggal 11 Agustus 2014, paling telat tengah malam saya sudah selesai menuliskan ungkapan-ungkapan rasa senang,bahagia dan juga deg-deg-an saat satu jam bersama Kompasiana TV. Namun, entah karena apa tulisan ini mengendap hingga lebih dari seminggu dalam ingatan. Lalu, apa gerangan yang ingin ku ceritakan dalam tulisan ini? Apa yang ingin dibagikan kepada teman-teman, para Kompasianers?

Ya, tanpa diduga, aku mendapat panggilan telpon dari sebuah nomor yang tidak ku kenal. Namun, melihat kode area, nomor itu memiliki kode area Jakarta. Saat panggilan telpon itu datang, aku mungkin tidak mendengarnya, lalu kemudian aku melihat ada miscall di HP ku.  Aku mencoba menelpon balik. Siapa tahu telpon itu penting. Tetapi, jawaban yang aku terima " nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi. Akhirnya aku putuskan untuk menelpon lagi nantinya. Namun, ketika aku sedang menyetir mobil dari Ule Gle ke kota Banda Aceh, pas melewati kecamatan Trieng Gadeng, Pidie Jaya, aku menerima panggilan telpon dan mengangkatnya. Aku mendengar suara perempuan yang menyapa, Selamat siang pak Tabrani. " Aku dari  Kompasiana. Namaku Widha Karina". Lalu dilanjutkan dengan pembicaraan tentang kegiatan talkshow di Kompasiana TV yang mengangkat tema Pernikahan dini. Aku diminta untuk ikut berparisipasi dalam acara itu. Sebuah ajakan yang bagiku sangat istimewa.

Karena, saat itu aku sedang dalam perjalanan yang mmakan waktu 3-4 jam mengendarai mobil, aku menghentikan mobil sejenak dan melanjutkan percakapan dengan  Mbak Widha yang mengajak aku ikut berparisipasi dalam talkshow tersebut secara online lewat fasilitas hangout. Aku menyatakan kesediaan untuk itu. Maka, Mbak Widha mengatakan esok harinya kita cek kondisi wifi untuk bisa live streaming. Ya, esok siangnya sekitar pukul 14.30 aku mendapat panggilan telpon dari Mbak Widha lagi untuk mengatur rempat yang tepat untuk bisa berpartisipasi tersebut. Kami pun setting tempat  dan kemudian pada malam hari, tepatnya pukul 20.00 WIB talkshow dimulai. Sementara persiapan untuk bisa interaktif dengan ruang talkshow, diawali sebelum acara.

Ini adalah pengalaman pertamaku ikut talkshow  di televisi lewat online dengan menggunakan fasilitas internet. Walau sebelumnya aku sering menjadi nara sumber di televisi lokal, seperti TVRI Banda Aceh dan TV Aceh. Aku harus berada di ruang studio. Sementara ketika ikut berpartisi[asi dengan Kompasiana (Kompas) TV, aku hanya duduk di ruangan ku sendiri dan bisa berpatisipasi dalam acara talkshow tersebut.

Nah, bagiku, ini adalah sesuatu yang sangat istimewa. Ya kata teman di ibu kota, ya ini istimewa bangat. Bayangkan saja, dari sekian ribu warga Kompasiana, aku diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam acara talkshow yang diselenggarakan Kompasiana TV malam itu. Ini adalah hadiah atas tulisan ku yang berjudul Nikah Dini atau Sekolah Dulu?. Artinya tulisan itu membuat rekan-rekan menjatuhkan pilihan untuk memberikan kesempatan menjadi bagian dari acara talkshow Kompasiana TV malam itu. Ini adalah  salah saru hadiah istimewa, atau keuntungan  istimewa dari sekian banyak keutungan menjadi warga Kompasiana yang aku bisa nikmati, selain keuntungan lain. Misalnya selama ini ketika menjadi warga Kompasiana, aku sudah punya teman sekitar 1000 an. Bayangkan, 1000 an teman dalam sebuah komunitas para penulis, orang-orang yang kritis, kreatif dan produktif ini, sungguh sesuatu yang sangat istmewa.

Tak dapat dipungkiri bahwa ketika masuk ke dalam kampung Kompasiana, kita sudah masuk ke dunia kreasi, inovasi, produktif dan inspiratif. Semakin banyak kita menulis di Kompasiana, maka semakin banyak teman yang kita dapatkan. Bahkan, dengan banyaknya teman yang kita dapat, pintu rezeki juga semkain terbuka lebar. Buktinya, usai ikut berpartisipasi di acara talkshow Kompasiana TV itu, aku diminta untuk mengirimkan nomor rekening. Tak peduli sebesar apu pun yang diberikan, yang penting ini adalah sebuah bukti dari semakin banyak yang kita tulis, semakin banyak yang membaca, semakin banyak mengenal kita, semakin banyak yang memberikan kesempatan kepada kita dan semakin banyak rezeki yang kita bisa dapat.  Terima kasih Kompasiana, terima kasih Kompas TV, atas kesempatan yang sudah diberikan.

 

Banda Aceh, 21 Agustus 2015

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun