Hari ini, ya tadi pagi sekitar pukul 10.15 WIB, seorang teman atau sahabat yang selama ini sering duduk berdiskusi dan bercengkerama, tiba-tiba menelpon saya. panggilan telepon tersebut mengagetkan saya, karena sudah lumayan lama kami tidak saling menelpon dan juga saling duduk bersama di warung kopi, sebagaimana layaknya orang-orang Aceh menyeruput kopi bersama-sama rekan dan enalan di warung kopi. Sang teman atau sabahat itu bertamya tentang kabar saya, bertanya bagamana keadaan kesehatan dan juga hal lainnya. Usai menanyakan kabar itu, kemudian ia langsung bertanya, " apakah karena pengaruh usia, telah membuat tulisan anda menjadi tidak tajam?" . Saya mengenal anda selama ini sebagai seorang yang kritis dan tajam dalam menyampaikan opini anda dalam tulisan-tulisan yang sejak tahun 1990 an saya ikuti. Begitu timpalnya lagi.
Saya terdiam sejenak, sambil mencari kesempatan untuk bertanya kepadanya. Ia pun kembali bertanya, apakah karena pengaruh usia, anda kehilangan ketajaman dalam menulis? Lalu, saya bertanya, mengapa anda menanyakan saya hal itu? Ia menjawab, ya saya bertanya, karena sampai saat ini saya masih mengikuti pikiran-pikiran anda yang anda publikasikan di media, seperti di surat kabar, tabloid dan juga di media online. Saya tidak melihat lagi keberanian anda menulis seperti dahulu yang kritis dan tajam. Begitu katanya lagi. Tulisan anda yang saya baru-baru ini di Kompasiana dengan judul Pemerintah Aceh Sedang membangun Citra lewat pariwara itu, terasa kurang menggigit. Oleh sebab itu, saya bertanya dengan pertanyaan di atas tadi.
Nah, pertanyaan-pertanyaan sang sahabat itu, menggelitik saya untuk memberikan jawaban akan hal itu. Saya tidak menafikan hal itu. Memang dulu, selama saya menulis di media masa lokal dan bahkan juga di harian nasional seperti Kompas, Republika, Suara Pembaruan maupun lainnya yang pernah memuat tulisan saya, sebenarnya tergolong kritis. Itu bisa jadi dipengaruhi darah muda dan keberanian untuk menyampaikan pikiran-pikiran kritis itu dengan nada yang keras. Ya menyampaikan kritik lewat tulisan, tanpa takut dan enggan akan risiko yang menghadang. Banyak orang yang bertanya-tanya, bila saya suatu saat jarang atau bahkan tidak menulis di media. Banyak yang berkata, saya berani menulis dalam kritikan keras, sehingga banyak yang ingin membaca tulisan tersebut. Terbukti karena tulisan-tulisan yang kritis tersebut, menyebabkan saya berhadapan dengan atasan-atasan yang memberikan tanggapan terhadap tulisan itu dengan kekuasaan, yakni dengan memanggil dan menginterogasi dan sebagainya. Sikap kritis dan ketajaman tulisan itu pun berhadapan dengan berbagai risiko.
Lalu, kembali kepada pertanyaan sang sahabat tadi, apakah karena faktor usia, ketajaman tulisan seseorang itu bisa berkurang? Tentu tidak hanya satu faktor yang menumpulkan ketajaman sebuah tulisan. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Juga tidak bisa dinafikan bahwa faktor usia juga menjadi salah satu penyebabnya. Namun, tidak pula kita jadikan faktor usia akan selalu membuat tulisan kita tidak tajam. Pasti banyak faktor lain yang menyebabkannya. Misalnya, kemampuan atau daya baca seseorang terhadap suatu kasus atau hal yang akan ditulis. Daya baca ini juga dipengaruhi oleh seberapa banyak dan seringnya sesorang membaca dalam keseharian. Semakin malas membaca, maka akan membuat daya baca melemah. semakin melemah daya baca, maka semakin melemah ketajaman sebuah tulisan. Bukan hanya itu, latar belakang akademis juga ikut mempengaruhinya. Begitu juga komitmen dan kemampuan analitik akan memberi warna yang besar terhadap kualitas tulisan seseorang. tentu jag tidak bisa ditampik bahwa ketrampilan berbahasa yang baik dan mengalir, juga menjadi bagian dari ketajaman sebuah tulisan seseorang. Jadi banyak faktor penyebabnya bukan?
Jadi, bila tulisan anda ingin banyak dibaca orang, maka ketajaman analisis dan ulasan dari berbagai perspektif sangat diperlukan. Oleh sebab itu, berusahalah menulis sebuah tulisan dengan lebih tajam dan kritis bebasis analisis yang dilakukan secara mendalam dan dari multi perspektif. Agar ini semua tulisan menjadi lebih menarik, maka semua faktor di atas tersebut harus menjadi perhatian kita yang menulis. Ayo tetaplah menulis dan terus menulis. Namun jangan lupa, buatlah sebuah tulisan yang selalu tajam dan kritis. Buatlah kajian mendalam dan lalu tulislah. Insya Allah akan banyak yang menikmati tulisan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H