Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

HUT RI di Bern itu Mengharukan

18 Agustus 2015   07:14 Diperbarui: 18 Agustus 2015   07:55 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Tabrani Yunis

Hari ini, tanggal 17 Agustus 2015, bangsa Indonesia kembali merayakan hari kemerdekaan, hari pembebasan dari belenggu penjajahan. Hari ini, di mana-mana di tanah air, baik di ibu kota Jakarta, maupun di pelosok-pelosok Papua. Bahkan di Aceh yang dahulu mungkin perayaannya agak sering terganggu dan kurang meriah, kini di mana-mana masyarakat Aceh menaikan bendera merah putih. Bukan hanya itu, di setiap kampung diadakan berbagai kegiatan yang mengumpulkan dan menyedot perhatian banyak orang yang ingin menyaksikan berbagai atraksi, seperti lazimnya lomba panjat pinang, lomba lari dalam karung, lomba makan kerupuk dan sebagainya. Pokoknya, bagi masyarakat desa dan kota hari ini merekaa memeriahkan perayaan Hari Ulang Tahun kemerdekaan Indonesia dengan penuh suka cita. Apalagi Aceh sejak tahun 2005, sejak ditandatanganinya MoU Perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan gerakan Aceh Merdeka di Helsinki, kemeriahan perayaan HUT RI teras semakin semarak dan memngharukan.

Peraayaan HUT RI, bagi kita adalah momen yang mengharukan, karena ketika perayaan tersebut, kita melakukan internalisasi akan makna kemerdekaan bagi kita. Lebih mengharukan lagi, bila suatu saat kita merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia itu di luar Indonesia. Ya ketika kita berada di luar negeri. Saya masih ingat dulu di tahun 2005, kala saya mendamping 10 anak-anak Aceh mengikuti acara  Play for Peace yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga, yakni  Pestalozi Foundation di Trogen Switzerland. Kala itu, tanggal 17 Agustus 2005,  saya bersama 10 remaja Aceh diundang oleh Kedutaan Indonesia yang berkantor di Bern untuk ikut mengikuti upacara bendera dalam rangka merayakan HUT RI yang ke 65 saat itu. Kami, mengikuti upacara penaikan bendera merah putih di depan kantor Kedutaan Indonesia di Bern, Swiss itu dengan hikmat. Rasa haru biru itu terasa sekali saat kami menyanyikan lagu Indonesia raya bersama-sama dengan masyarakat Indonesia yang berada di Bern dan Zurich saat itu.

Bagi kami, yang berasal dari Aceh saat itu, mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan Duta besar Indonesia dan staff kedutaan. sebuah kesempatan emas, bisa ikut berbincang-bincang dengan pihak kedutaan saat itu. Kesempatan yang didapatkan usai acara penaikan bendera merah putih. Semua peserta upacara saat itu dijamu makan di Kedutaan. Kami pun mendapatkan kesempatan bertmu dengan orang-orang Indonesia yang saat itu sedang berdomisili di Swiss tersebut untuk kuliah mappun yang bekerja. Pertemuan dengan orang-orang Indoensia di Swiss itu menambah haru biru semakin membiru. Betapa tidak, ternyata ketika kita sedang berada di luar negeri itu, rasa kebangsaan kita itu terasa sangat kuat. Rasa kesukuan yang sering muncul pada diri kita ketika berada di dalam negeri, ternyata lepas kala kita berada di luar negeri. Kita tidak menyebutkan diri dari daerah masing-masing, tetapi bangga menyebutkan kita dari Indonesia. Karena saat bertemu orang-orang Indonesia yang ramah di luar negeri tersebut, kita yang berasal dari provinsi yang berbeda tersebut, seakan sedang berada dengan orang-orang sekampung. Begitulah rasa keakraban yang muncul. Ya kita menanggalkan rasa ego kedaerahan masing-masing. Buktinya, saat itu setelah mengikuti perayaan HUT RI yang ke 65 tersebut, kami diundang ke rumah atau kediaman salah satu orang dari Jawa, Indonesia untuk menikmati masakan Indonesia yang sudah ia siapkan. Sungguh ini sebuah momentum yang sangat menarik, karena saat itu kami sedang rindu akan masakan Indonesia. Jadi, saat mendapatkan kesempatan bertemu dan diundang dan dijamu dengan masakan Indonesia, rasa haru kembali membiru.

Nah, bagi kami yang mendapatkan kesempatan untuk ikut upacara bendera di HUT ke 65 itu adalah sebuah momentum yang memngharukan. lebih mengharukan lagi, ketika mendapatkan kesempatan bertemu dan bercengkrama dengan orang-orang Indonesia di sana. Selain itu, rasa kekeluargaan dengan orang-orang Indonesia di luar negeri itu selalu saja menjadi hal yang sanbat mengharukan bagi kami dan juga mungkin bagi saudara kita yang saat itu sedang tinggal atau kuliah di Swiss itu.

Kini, saat merayakan HUT RI yang ke 70 ini, pikiran saya terbawa pada upacara 17 Agustus 2005 di Bern yang mengharukan itu. Pikiran bergerilya ke berbagai sudut untuk mengingat lagi atau napak tilas ke Bern, Zurich dan Trogen yang sejuk dan mengharu biru. Semoga masih ada kesempatan untuk merayakan HUT RI di luar negeri. Siapa tahu tahun depan bisa bersama kedutaan dan masyarakat Indonesia yang ada di Helsinki atau di Washington DC dan sebagainya. Semoga saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun