Sebuah CatatanPerjalanan Bantuan Program 1000 Sepeda buat anak Yatim, Piatu dan Anak miskin di Aceh
(Bagian 2 Pantai Barat - Selatan)
Oleh  Tabrani Yunis
Hari Jumat, 15 Februari 2013 adalah hari kedua perjalanan kami melakukan kegiatan verifikasi untuk calon penerima sepeda di wilayah Krueng Bate, Kuala Bate dan kecamatan Babahrot. Di hari ini, ada dua sekolah yang perlu kami tuju. Nah, karena kami menginap di kota Blang Pidie, malamnya, maka pagi ini, usai sarapan pagi, kami sowan ke SMA Negeri 1 Blang Pidie dengan maksud, memanfaatkan waktu untuk memperkenalkan majalah POTRET dan mengajak para siswa dan guru sekolah itu untuk menulis di majalah POTRET. seperti biasanya, ajakan itu untuk mendorong siswa dan guru menulis, karena di majalah POTRET ada halaman khusus untuk guru dan siswa, yakni Rubrik Bingkai Sekolah.
Di pintu gerbang, ada penjaga sekolah. Kami mendekati penjaga sekolah yang sedang piket dan mengucapkan Assalamualaikum. Ia membalas salam kami dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, sambil bertanya ingin bertemu siapa. Kami ingin bertemu kepala sekolah, ujar kami. Lalu, sanga penjaga sekolah tersebut mengantarkan kami ke ruang kepala sekolah. Namun, saat tiba di pintu ruang kepala sekolah, sang kepala sekolah sedang bergegas ingin keluar, karena ada rapat di Dinas Pendididikan. Namun, beliau menawarkan kami untuk bertemu wakil kepala sekolah.
Hal yang lazim, kami tiba tiba melihat sejumlah siswa yang sedang berdiri berbaris di depan bagian dalam ruang guru. Sementara satu siswa laki-laki sedang dipangkas rambutnya , entah oleh seorang guru, entah siapa. Kami ingin mengambil photo, tetapi tidak jadi. takut kalau anak tersebut nanti malu. kami biarkan saja hal itu berlalu.
Penjelasan panjang lebar, sudah berlangsung selama beberapa menit dengan wakil kepala sekolah itu. Kami juga menawarkan semacam kerja sama untuk mengembangkan media sekolah. Namun, hal itu, tidak bisa dijawab dengan segera, karena akan ada sejumlah biaya yang diperlukan untuk menyiapkan para penulis dan lain sebagainya. Maka, kami pamit, dan sambil keluar pagar sekolah, kami sempat bertutur bahasa Inggris dengan sejumlah siswa yang sedang duduk di gerbang sekolah itu. Lalu, meninggalkan SMA negeri 1 Blamng Pidie itu dan meluncurkan mobil ke arah Susoh. Dekat Rumah Sakit Korea ( sebutan RSUD yang dibangun oleh Korea pasca tsunami, kami singgah pula di SMA Swasta yang katanya sekolah unggul itu. Sekolah itu bernama SMA harapan Persada.
Di sekolah ini, kami juga melancarkan undangan atau ajakan untuk menulis, sesuai dengan misi majalah POTRET membangun gerakan menulis di kalangan masyarakat. Di sekolah yang katanya punya banyak anak berprestasi ini, kami cukup panjang memberikan motivasi kepada pihak sekolah untuk bersama membangun budaya menulis, sebagai salah stu komptensi yang cukup bergengsi dimiliki guru dan siswa. Namun, belum sempat usai diskusi di sini, kami harus mengejkar waktu untuk datang ke MTsN Krueng Bate, karena ada sejumlah pelajar sekolah itu yang perlu diverifikasi. Di sini, kami melakukan verifikasi dengan kepala sekolah dan mewawancarai pelajar untuk memutuskan siapa di antara 12 pelajar yang berhak mendapat bantuan sepeda. kegiatan itu berlangung hingga pukul 12.00 karena hari itu cepat pulang. Ya karena hari Jumat, orang-orang laki-laki menunaikan shalat Jumat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H