Kemarin, Jakarta semakin terasa ingar-bingar. Bukan karena suara deru mesin kendaraan yang memacetkan Kota Jakarta, tetapi karena masyarakat Jakarta ramai-ramai berjuang menjagokan pilihan masing-masing. Ada jutaan masyarakat dengan segala kekuatan memperjuangkan agar Ahok kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta, ada pula jutaan pendukung Anies Baswedan dengan pasangannya dengan berbagai kekuatannya berjuang untuk memenangkan calon Gubernurnya.
Pertarungan untuk menjadi orang nomor satu di Kota Jakarta itu, seakan menjadi perjuangan kemerdekaan negeri ini. Ya, pokoknya hiruk-pikuk Kota Jakarta kemarin adalah hiruk pikuk Pilkada yang masing-masing saling adu kekuatan. Jakarta hari ini bahan menjadi pusat perhatian dunia.
Berita mengenai kemenangan Anies Baswedan dan pasangannya Sandiaga versus Basuki Cahya Purnama (Ahok) dan Djarot, sudah memenuhi langit dan dunia maya. Ada yang dengan penuh riang gembira meluapkan kegirangan, ada banyak pula berseliweran foto-foto yang mengesankan ada banyak pihak yang terpaksa meratapi kekalahan Ahok, seperti banyaknya foto Megawati dan Puan Maharani yang menagis tersedu dan sebagainya. Pokoknya memang sangat seru. Ini benar-benar kehebohan yang luar biasa.
The Jakarta Post, di facebook dalam tayangan live menyebutkan bahwa gubenur terpilih Anies Baswedan kala itu berada di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah dengan ribuan muslim yang juga dihadiri oleh pimpinan Gerindra, Probowo Subianto dengan juru bicara Fadli Zon dan pimpinan FPI Rizieq Shihab.
Ada yang menarik dari laporan yang disampaikan oleh reporter The Jakarta Post, Agnes Anya and I Gede Dharma seakan kemenangan Anies adalah kemenangan muslim saja. Karena dalam perayaan kemenangan tersebut yang dilakukan oleh umat muslim di masjid Istiqlal tersebut dihadiri oleh ribuan muslim. Lalu bagaimana dengan masyarakat Jakarta yang non muslim? Apakah Anies bukan sebagai gubernur mereka?
Anies, sesungguhnya bukanlah gubernur umat Islam di Jakarta saja. Anies adalah Gubernur Jakarta, gubernur semua warga Jakarta, yang bukan saja menjadi milik umat muslim. Tentu tidak elok kalau disebut-sebut gubernur kaum muslim, karena Anies di Jakarta, bukan hanya untuk kaum muslim, tetapi sebagai pemimpin semua warga. Benar kan? Hmm, semoga tidak ada kotak-kotak yang menjadi sekat bagi antar umat beragama di Jakarta, bila ini terjadi, tentu kondisi ini rawan bencana. Bagaimana menurut Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H