Oleh Tabrani Yunis
Apatah yang tengah melanda negeri sejuta nusa? Benarkah angkara murka tengah bercanda? Tampak kian mesra dalam sandiwara para dewa. Mengapa semua bagai mengawang di dunia maya?
Lihatlah kemungkaran itu kian sering  menari- nari berlenggang lenggok di panggung, menjelma menjadi kenikmatan orang-orang  kian dahaga kekayaan, kekuasaan dan kenikmatan duniawi. Kecurang yang menghentak hentak  sanubari, tak peduli kala irama  pembohongan mendayu dan merayu, mewarnai ruang hampa kesadaran kita, menarik-narik tangan penari ke aras nadir kesadaran.
Lihatlah kejujuran  sang penyelamat iman, Agung dijunjung, tergurus arus demoralisasi dan pupus, enggan bersuara. Kebenaran pun tak mampu menyakinkan akal sehat. Rebah dalam hentakan kaki-kaki penari penikmat  nafsu birahi materi dan kuasa.
Bukalah matahati, bunga-bunga kedunguan tlah menumpulkan akal budi. Tak mampu menembusi cahaya terang, kelam kian pekat menutup mata. Matahati buta dan meraba-raba di tengah gemerlap cahaya kehidupan. Dimanakah matahati itu.
Masihkan ada matahati, atau telah mati dihujam mimpi dan ilusi dalam dekapan delusi.Matahati tak boleh mati. Matahati mesti dicari. Tarian kemungkaran masih merajai cakrawala
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H