Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ibu Kita Pulang

2 Juni 2019   10:08 Diperbarui: 2 Juni 2019   10:09 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

Pagi itu,  menjelang hari suci matahari dikerumuni mendung hitam pekat. Awan-awan biru berubah kelabu. Wajah-wajah cerah ceria berbalut duka.  pelupuk -pelupuk mata dihempas genangan air mata. Duka kita terlalu besar, kesedihan menusuk -nusuk rongga sanubari,  Liang-liang nurani terasa  menggelagar rasa iba.  Langit pun ikut berduka, seperti kita. Ibu kita telah pulang dan tak pernah kembali lagi.

Pagi itu,  di belahan bumi sana, hujan rintik bergelayut di panas terik, katanya ada pertanda yang pulang abadi.  Akan ada  duka menyambar-nyambar  ruang kebahagiaan kita.  Ya, di pagi menjelang lebaran itu, ibu kita  tak ada lagi kata-kata, tak lagi berbagi senyuman, tak ada energi untuk bergerak, ibu kita pulang bersama bulan suci, menumpang  kapal Ramadan menuju hari fitri.

Ibu kita telah pulang, menuju  perjalanan pejalanan abadi. Perjalanan ke tempat semua akan kembali. Sematkanlah ia selaksa doa, payungi ibu dengan kasih Ilahi. Bukalah kabut hitam yang menyelimuti jiwa. Nyalakan doa buat ibu kita. Semoga Allah membangun rumah yang indah dan megah, tempat ibu kita bersemayam. Innalilahi wa inna ilaihi rajiun. Selamat jalan ibu. Selamat jalan Ibu bangsa. Kami semua akan menyusuli ibu. Selamat jalan ibu. Izinkan kami berduka dan berlinang air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun