Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bergelantungan di Pucuk Malam

30 Mei 2019   02:10 Diperbarui: 30 Mei 2019   02:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

Aku tengah bergelantung di pucuk malam, berayun-ayun dalam lantunan lagu rindu. Nyanyian jengkrik menghentak -hentak sepi di ulu hati. Malam tak akan pernah menanti, terus menjemput pagi.

Aku nikmati nyanyian burung pungguk nan terus merindukan bulan. Serak serak suara menyeruap malam. Tak hendak mengejar pagi. Rindu itu terlalu dalam.

Aku tengah bergelantung di pucuk kelam. Rembulan pun enggan melemparkan sejumput senyum. Hanya kelap kelip bintang yang menari-nari  menemani rembulan. Kunikmati saja irama bintang yang menebarkan cahaya kegirangan

Aku terus bergelantung di malam temaram, menunggu sepi beranjak pulang. Rindu kian menghentak-hentak sanubari.  Malam kian diselimuti sepi. Entah kapan bisa kulepaskan rindu yang telah bersemayam dalam kembara jiwa, mengkristal mengguncang asa. Barangkali aku harus lepaskan segala rindu, agar tak menambah bara di dada.

Aku ingin turun membiarkan pucuk-pucuk malam mengejar fajar. Lepaskan rindu yang menyengsarakan badan. Mungkin sinar matahari pagi akan menaburka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun