Ini memang pesta, tapi bukan pesta yang memabahagiakan jagat raya. Bukan pula pesta yang berwarna warni pelangi di langit dengan senyum dikulum, atau dengan gelak tawa gembira.Â
Ini memang pesta yang harusnya diiringi musik musik jenaka, agar gelak tawa menggembirakan penghuni alam semesta. Lantunan nada indah yang mengguncang dada, bukan musik-musik sedih atau elegi-elegi kematian.
Ini memang pesta, pesta raya,panggung gembira yang harusnya melapangkan dada. Tak ada benci, dengki hasut-hasutan, bersih dari segala bentuk penganiayaan, apalagi pembunuhan. Bebas dari segala penindasan dan penjarahan. Tak boleh ada darah yang melimpah. Apalagi dentang lonceng kematian. Itu merusak gemerlap pesta.
Ini memang pesta kita buat kita oleh kita. Pesta terbuka agar tak ada saling curiga. Bunuh semua sakwasangka, kikis segala saling curiga. Sakwasangka membawa petaka. Saling curiga mendatangkan bencana. Pesta kita buat kita, pesta yang bahagia. Pesta yang tidak membunuh sesama kita.
Tapi sudahlah. Sudahilah semua pesta. Simpanlah duka nestapa. Pesta tak mungki dibawa pulang. Obati luka yang menganga, agar semua tak menuai derita. Masa depan bahkan kian kaya bencana. Semua kita harus berdoa. Semailah damai bersama oroma cinta. Kan kita tuai tangkai sejahtera yangkita damba. Pesta telah usai, rajut kembali asa bersama. Semoga semua bisa bersatu payung dan saling melindung. Sulamlah kembali benang yang terlanjur kusut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI