Oleh Tabrani Yunis
Wah, anda sudah mengambil programnya Jokowi, canda seorang kawan ketika  saat mengantarkan bantuan sepeda ke Panga, Aceh Jaya beberapa waktu lalu. Aku hanya tersenyum dengan pernyataan tersebut. Namun, agar tidak menjadi kesan seperti itu, aku pun merespon dengan kata-kata yang tidak menyinggung peransaannya. Ya, Pak Jokowi punya sepeda sendiri dan punya cara sendiri untuk berbagi sepeda. Beda dengan apa yang kami lakukam , ya kan? Tanyaku. Ia pun berkata ya, tapi kan sama-sama membagi sepeda. Ya, sudahlah. Tidak perlu diperdebatkan.Â
Karena kegiatan ini memang bukan program Pak Jokowi, Presiden kita. Tetapi ini adalah program yang aku rancang dan laksanakan lewat lembaga Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, sebuah NGO Lokal di Aceh yang berdiri pada tahun 1993 yang lalu.Â
Program bantuan sepeda dan kursi roda yang dirancang ini merupakan program sosial murni, untuk membantu anak-anak yatim, piatu yang miskin, anak miskin dan disabilitas di Aceh, agar mereka bisa  mudah mengakses sekolah, karena faktor jarak tempuh dan ketiadaan kenderaan di rumah serta tidak adanya kenderaan umum. Kondisi yang membuat mereka sulit untuk mengakses sekolah dan terpaksa berjalan kaki berkilo-kilo meter, berhadapan dengan risiko di jalan yang lengang atau sepi.
Alhamdulilah, sejak program ini pertama sekali diluncurkan pada tahun 2012 yang kala itu dihadiri oleh Illiza Saadudin Djamal, yang kala itu menjabat sebagai Walikota Banda Aceh, program ini sudah membagikan sebanyak 250 sepeda dan  5 kursi roda dan satu tongkat di beberapa kabupaten di Aceh. Mulai dari Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireun, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan dan Subulussalam.Â
Dengan jumlah tersebut, target program ini yang sesuai dengan judul program 1000 sepeda dan kursi roda, masih belum mencapai target. ya, itu namanya target dan mimpi. Tidak harus dicapai 100 persen, apalagi kemampuan yang terbatas. Namun, setiap anak yang menerima bantuan sepeda ini, sudah memperlihatkan rasa dan wajah gembira ketika mendapat bantuan sepeda dan kursi roda.Â
Mereka merasa bahagia, karena mendapat bantuan sepeda yang kualitasnya berbeda dari kebanyakan sepeda yang ada di kampung mereka, dan yang lebih membahagiakan adalah mereka sudah bisa bersekolah tepat waktu, lebih cepat dan lebih mudah, tanpa harus mengeluarkan biaya untuk transportasi ke sekolah.
Program 1000 sepeda ini, merupakan program yang dilakukan  untuk menggantikan program " Beasiswa Sahabat Anak Yatim" yang digagas pasca bencana tsunami. Kala itu, aku banyak mendapat bantuan dari sahabat-sahabat yang bersimpati terhadap diriku yang ketika bencana tsunami kehilangan semua yang aku miliki dan tinggal sendiri, teman-temanku banyak yang mengirimkan uang untuk membantuku.Â
Lalu, karena jumlahnya sudah mencapai angka sekitar 100 juta, aku meminta persetujuan kepada mereka untuk menggunakan uang tersebut sebagai bantuan kepada anak-anak yatim, piatu dan miskin yang ditimpa musibah. Alhamdulilah, kala itu program beasiswa tersebut bisa mencapai sebanyak 51 anak. kepada 51 anak ini ditransfer uang sebesar Rp 150.000 setiap bulan ke rekening anak. Kemudian, setelah CCDE saat itu mendapat kerja sama dengan TDH German, program ini kemudian selama 3 tahun berjalan dengan mendapat bantuan dari TdH German yang memberikan beasiswa untuk 130 anak SD dan SMP di tiga sekolah di Aceh Besar.
Usai program dengan TDH tersebut, program beasiswa pun terhenti. Namun, niat untuk membantu anak-anak yatim, piatu dan anak miskin di Aceh belum pupus. Oleh sebab itu, setelah mengevaluasi program beasiswa tersebut dimana salah satu temuan adalah banyak anak yang tidak menggunakan bantaun tersebut untuk keperluan sekolah, tetapi untuk hal-hal yang konsumtif, seperti membeli HP (telepon genggam) atau digunakan untuk keprluan lain selain sekolah, maka niat membantu tetap dilakukan, tetapi dengan mengubaj strategi.Â
Saat itu, strategi yang diambil adalah membantu anak-anak di desa yang kesulitan transportasi ke sekolah dengan memberikan bantuan berupa sepeda. Untuk memulai program ini, CCDE dan majalah POTRET membeli sebanyak 40 sepeda dengan memilih merek  yang bagus, yakni WIM Cycle.  Alasan memilih merek ini karena secara kualitas bagus, agar anak-anak bisa menggunakannya dalam waktu lama.