Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Di "Potret", Semua Bisa Menulis

5 April 2019   15:00 Diperbarui: 5 April 2019   15:11 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi Tabrani Yunis

Warga Kompasiana pasti selama ini memiliki banyak sekali tulisan. Aku sangat yakin dengan hal itu. Apa yang membuatku yakin adalah dengan melihat realitas yang ada di media, baik media cetak, maupun media online, seperti halnya di Kompasiana ini. Kita bisa amati dengan cermat bagaimana cepatnya mengalir tulisan-tulisan baru di Kompasiana ini.

Ada lewat jalur tulisan saja, ada pula lewat rubrik video yang kini disediakan oleh Kompasiana. Ini merupakan bukti nyata betapa besarnya arus keluarnya inspirasi dan ekspresi para penulis di tanah air yang semakin produktif. Saking banyaknya tulisan masuk ke laman Kompasiana, para pengelola Kompasiana terligat dan terasa begitu lelah dan hampir tidak mampu mengikuti derasanya arus tulisan yang masuk.

Buktinya, pelabelan atau penilaian apakah tulisan-tulisan itu masuk dalam kategori Pilihan, populer, nilai teringgi dan lainnya. Kita melihat pihak pengelola begitu kewalahan.

Selain itu, musim politik tahun ini membuat pengelola Kompasiana harus menyesuaikan diri dengan cuaca politik yang sedang berjalan. Kita bisa lihat bagaimana hiruk pikuk persoalan politik di Kompasiana saat ini. Para pengelola harus membuat isu politik menjadi trending issue dan juga mengajak para penulis untuk beramai-ramai menulis tentang hal itu. Maka, melihat realitas itu banyak penulis yang merasa tidak puas dengan apa yang sedang terjadi di Kompasiana.

Ada tulisan-tulisan kritik yang menurutku itu adalah sebuah bukti cinta akan Kompasiana, juga ada yang melakukan refleksi satu tahun menulis di Kompasiana, yang mengambil banyak pelajaran penting. Juga mungkin ada lagi tulisan-tulisan lain yang bernada protes dan memuji. Ini adalah dinamika yang memang terjadi di Kompasiana.

Selayaknya kita berbangga dan berbahagia dengan semua hal itu. Kita tinggal pilah-pilah mana yang membahagiakan dan mana yang membuat jadi uneg-uneg. yang penting, kita secara sadar bahwa Kompasianaa memang menjadi media untuk kita bisa berekspresi, di antara banyak media lain yang bisa kita gunakan untuk memuat karya tulis kita. Apalagi, ketika menulis di Kompasiana, tidak ada proses editing yang dilakukan oleh editor. Siapa pun menulis, walau ketikan dalam tulisan banyak yang salah, penggunaan tanda baca dan bahkan soal huruf kapital atau kecil, tidak ada yang mempersoalkan.

Namanya saja media warga alias citizen media yang semangatnya untuk saling berbagi. Coba baca penjelasannya berikut yang dijelaskan di Google. Kompasiana adalah blog jurnalis Kompas yang bertransformasi menjadi sebuah media warga. Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Jadi, sebagai media warga atau blog jurnalis warga, Kompasiana memang memberi warna tersendiri.

Selain Kompasiana, sebenarnya saat ini sudah semakin banyak juga media yang menampung tulisan para penulis. Bedanya, kalau di Kompasiana kita melakukan postingan sendiri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku, misalnya terdaftar sebagai warga Kompasiana dan mengisi data diri yang benar, lalu bisa posting tulisan atau berita sendiri. Soal tanggung jawab dari akibat yang dimunculkan tulian, itu menjadi tanggung jawab si penulis.

Beberapa media lain yang juga online, seperti www. watyutink.com, IDN dan lain-lain. Bahkan, Center for Community Development and Educataion (CCDE) Banda Aceh juga menyediakan media berupa majalah POTRET dengan www.potretonline.com, majalah Anak Cerdas dengan www.majalahanakcerdas.com, juga memberi ruang kepada para penulis di tanah air. Mohon maaf, bila kurang etis aku menyampaikannya di dalam tulisan ini. Namun, dalam semangat berbagi, tentu tidak ada salahnya.

Kiranya, memang  jadi kurang etis, apabila aku mengajak teman-teman yang suka menulis dan produktif untuk mau berbagi pengetahuan, dan lainnya lewat media www.potretonline.com. Namun, sebagai bagian dari berbuat baik, izinkan aku mengajak teman-teman juga ikut membantu mengisi tulisan di media yang terbit di Aceh ini. Silakan kirim tulisan dengan standar kata sekitar 800 an kata. Aku akan sangat suka memuat tulisan anda. Banyak cara untuk bisa berbagi ilmu, termasuk bersama POTRET.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun