Rumah adalah kebutuhan hidup setiap orang, malah  disebut sebagai kebutuhan primer. Artinya kebutuhan hidup yang harus dan mutlak dipenuhi, karena apabila tidak dipenuhi akan membawa pengaruh buruk terhadap kehidupan seseorang.Â
Oleh sebab itu, orang-orang terdahulu pun, yakni generasi zaman X atau baby boomers sudah menempatkan kebutuhan rumah seperti halnya kebutuhan sandang pangan, maka rumah yang dalam istilah yang kita kenal dengan papan menjadi kebutuhan primer.Â
Oleh sebab itu, setiap orang atau keluarga membutuhkan rumah untuk tempat tinggal, tempat berlindung dari hujan dan panas, serta menjadi tempat untuk meneruskan generasi.
Membuat dan membangu rumah itu susah dan berat. Karena untuk membangu rumah, kita membutuhkan banyak uang atau dana. Bukan hanya itu, tetapi juga tenaga dan waktu.Â
Karena begitu beratnya membuat rumah, di dalam masyarakat Aceh ada pameo yang mengatakan seperti ini. "Meunyoe keumueng susah, peugot rumoh. Meunyoe keumeung mehmoh, meukawen dua". Bila kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, terjemahannya kira-kira seperti ini. Kalau mau susah itu membuat rumah, kalau mau repot ya, kawin dua.Â
Ya, begitu sulitnya setiap orang atau setiap keluarga memenuhi kebutuhan akan rumah. Menjadi sangat sulit, karena kemampuan finansial setiap orang yang berbeda.Â
Bagi orang yang tingkat kekuatan atau kemampuan ekonomi tinggi, atau orang kaya, untuk memenuhi kebutuhan rumah, tentu tidak sesulit orang-orang yang berlatar belakang ekonomi lemah allisa miskin.Â
Bagi orang kaya, malah rumah bukan lagi kebutuhan, tetapi keinginan. Misalnya, ingin memiliki rumah yang mewah dan wah, punya kolam renang dan taman yang luas dan sebagainya. Namun, bagi yang tidak punya uang? Tentu tidak demikian.
Semakin rendah kemampuan keuangan atau ekonomi seseorang, maka semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan akan rumah, sebagai tempat tinggal, berlindung dan berkembangbiak. Â
Apalagi dalam kondisi sekarang, ketika jumlah penduduk di sebuah daerah terus bertambah, semakin banyaknya pasangan usia muda yang menikah dan membutuhkan rumah, sementara jumlah lahan untuk membangun rumah juga semakin berkurang dan sempit. Konsekwensinya harga tanah pun terus naik dan melambung tinggi.Â
Kondisi ini semakin melemahkan kemampuan membeli (daya beli) masyarakat. Sehingga, sudah jamak kita melihat banyak orang yang belum punya rumah. Mereka banyak yang setiap tahun harus menyewa rumah dan berpindah-pindah. Banyak pula orang yang tidak punya rumah (homeless), sehinga harus hidup bergelandangan, terutama orang-orang miskin di perkotaan. Mereka terpaksa hidup bergelandangan dan tinggal di bawah-bawah jembatan atau malah hanya dengan menggunakan kardus.