Oleh Tabrani Yunis
"Wow, its amazing". Ungkap Ananda Nayla ketika pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di KLIA, Kuala Lumpur. Lalu, adiknya Aqila Azalea Tabrani Yunis, ikut menyela," Yeap, it is amazing Nayla". Aku pun bertanya pada mereka, " what is the amazing thing you are seeing?, Any surprises?Tanyaku pada mereka. Malaysia, jawab Nayla. Oya?
Begitulah ekspresi dua anak yang masih belia itu, ketika melihat bandara KLIA. Padahal, itu adalah bandara KLIA. Namun, mereka bersahutan berkata, its amazing. Mereka pasti punya pertimbangan sendiri. Walau usia mereka masih di bawah 10 tahun. Namun, pengetahuan mereka sebagai anak yang disebut generasi Z, tentu berbeda dengan aku yang lahir di generasi X.Â
Kecepatan mereka menguasai informasi dan teknologi, lompatannya jauh lebih cepat dan lebih jauh dari masa perkembangan mereka dan masa perkembanganku di masa kecil. Mereka lahir di era yang serba digital,yang membuat penguasaan mereka terhadap segala informasi bergerak sangat cepat. Mereka malah bisa lebih mampu menjelaskan tempat-tempat berbelanja mainan di Kuala Lumpur atau Singapura.Â
Bayangkan saja, aku tidak tahu  ada Penda Eyes, Smiggels, hingga Legoland. Mereka sudah tahu nama dan juga apa yang bisa dinikmati di tempat itu. Banyak hal lain, yang mereka ceritakan. Padahal, mereka belum pernah ke tempat --  tempat itu.  Jadi, lompatannya lebih cepat dan lebih jauh.Â
Ini mungkin salah satu pengaruh dari kebiasaan mereka menonton acara TV channel anak-anak seperti Cartoon Network, Nick Jr, Disney Junior dan lain-lain yang banyak memperlihatkan tempat dan acara anak-anak di Singapore dan lainnya. Aku sendiri tidak menonton TV. Ya, itulah potret anak-anak sekarang. Tidak salah kalau dikatakan masing-masing orang ada zamannya.
 Eh, kami baru tiba pada pukul 11.30 Waktu Malaysia dan turun masuk ke terminal KLAI 2 yang merupakan terminal pesawat yang dengan tagline Everyone can flyitu. Kami langsung menuju ke imigrasi dan pengambilan bagasi. Di sini, kedua anakku, Ananda Nayla dan Aqila belajar sabar mengikut antrean panjang.Â
Mereka tiak hanya belajar hidup dalam budaya antri yang panjang itu, tetapi juga sekaligus belajar bagaimana berhadapan dengan pabean atau petugas imigrasi. Tentu, mereka tidak pernah bayangkan bahwa berjalan ke luar negeri itu harus melewati pengecekan di bagian imigrasi. Kalau tidak bermasalah, ya lancar. Kalau ada masalah, pasti lebih lama lagi. Syukurlah, proses di imigrasi berjalan lancar.
Â
Di dalam bas Pesiaran, Bung Salman, sebagai guide ia mulai memberikan informasi kepada kami, kemana saja dan dimana saja kami akan singgah dan makan. Maka, selepas dari bandara, bas diarahkan menuju kota Kuala Lumpur. Namun, sebelum ke pusat kota Kuala Lumpur, kami dibawa ke beberapa tempat yang menarik untuk berkujung.Â
Kunjungan hari pertama  tanggal 17 November 2018 sebelum salat dhuhur kami dibawa ke kawasan Putra Jaya,  sebuah kawasan wisata bersejarah yang dirancang secara modern yang mampu menyengat rasa ingin tahu banyak orang untuk datang dan berwisata di tempat ini. Kita bisa nikmati indahnya pemadangan kota modern yang di tengah kawasan itu terdapat danau yang bersih dan terjaga.Â