Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malu, Belum Menerbitkan Buku

24 Agustus 2018   00:37 Diperbarui: 24 Agustus 2018   10:10 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat lalu,  usai salat Jumat ketika duduk berdiskusi dengan Iqbal Perdana,  teman yang bertugas membuat layout majalah POTRET dan majalah Anak Cerdas yang juga sekalian mengelola www.potretonline.comdan www.majalahanakcerdas.com,  ia bertanya, bagaimana dengan rencana mencetak buku Bapak? Pertanyaan itu, menghentak dan mengingatkan saya pada rencana yang sudah sangat lama. Sehingga, pertanyaan itu membuat memory di kepala berlanglang buana di seputaran peristiwa peluncuran dan bedah buku yang pernah saya ikut dan hadiri. 

Misalnya, ketika acara peluncuran dan bedah buku bersama pada tanggal 7 Agustus 2018 di Museum Tsunami yang mengahdirkan beberapa nara sumber seperti Prof. Viktor Pogadaev( Rusia),  Prof. Siti Zainoon Ismail (Malaysia), Prof. Yusni Sabi (Aceh), Agus R.Satdjono, M.Hum (Malang) dan Maman S Mahayana.MPD ( Jakarta)  Bahkan juga ikut hadir Artis Marcela Zalianty yang memaparkan tentang rencana  membuat film komik Laksamana Malahayati ke layar lebar. Terus terang saja, pada hari itu hati sangat cemburu melihat para sastrawan itu meluncurkan 9 buku. Saya hanya bisa bertanya kapan saya.

Dok.Pribadi
Dok.Pribadi
 Belum lama berselang, ketika Pak Dr. Satria Dharma, pegiat literasi nasional yang sering datang ke Aceh untuk menebar virus literasi, usai ngobrol panjang lebar di sebuah hotel di Banda Aceh, beliau memberikan saya satu buku karyanya dan satu buku karya anak-anak SMA Negeri 5 Surabaya. Kalau itu, kembali saya diingatkan dengan dua buku tersebut. Bayangkan saja, anak-anak SMA saja sudah bisa menerbitkan buku. Sementara saya masih belum ada satu pun buku yang terbit. 

Setelah itu, pada hari Minggu, 12 Agustus 2018 lalu, dalam pertemuan team peneliti di hotel Artotel Jogjakarta, salah satu agenda pembicaraan adalah membicarakan tentang rencana mencetak buku yang merupakan kumpulan tulisan para peneliti, termasuk tulisan penulis sendiri. Di satu sisi, ketika mendengar paparan mengenai rencana cetak buku tersebut, penulis merasa senang dan bahagia, karena akan ada satu tulisan penulis yang masuk di buku tersebut. Namun, di pihak lain, penulis sebenarnya  merasa malu sendiri. Ya, malu terhadap diri sendiri yang hingga menuliskan tulisan ini, belum ada satu buku pun yang penulis terbitkan sebagai wujud dari aktivitas menulis selama bertahun-tahun.

 Ya, jujur saja. Sebenarnya dalam aktivitas menulis, saya sudah lama mulai menulis opini di media cetak.  Mulai menulis di surat kabar lokal, Serambi Indonesia pada bulan Juni 1989 di Banda Aceh. Kebiasan menulis itu saya salurkan pula kemudian lewat harian Waspada di Medan pada tahun 1990 an. Kemudian melebarkan sayap ke harian Analisa Medan, serta ke surat kabar nasional seperti harian. Mengawali langkah ke media yang terbit di Jakarta, saya memulai menulis di mingguan Swadesi. 

Juga menulis di majalah Pancaroba, terbitan Dana Mitra Lingkungan (DML) yang kala itu, sebagai Direktur Eksekutif dijabat oleh Eka Budianta. Tulisan-tulisan di majalah Pancaroba terkait dengan isu lingkungan. Selain itu, di tahun 2003, saya mencoba mengirimkan pula tulisan ke media lain seperti Republika. Paling tidak, saya sudah menulis di harian ini, juga di Suara pembaruan, harian Kompas dan The Jakarta Post. 

 Pokoknya, paling tidak, sebelum bencana tsunami menghantam Aceh sudah ada lebih kurang 400 tulisan yang pernah dimuat di media cetak. Begitu pula setelah bencana tsunami, hingga kini aktivitas menulis masih dilakukan. Namun, sayang buku yang seharusnya hadir, seperti tak kunjung terbit. 

Saya sudah menyiapkan sejumlah tulisan untuk diterbitkan dan sudah dilakukan proses editing, namun hingga kini hanya ada dalam file di computer saya. Saya sudah mencoba menghubungi penerbit, namun terkendala dengan sikap saya yang masih uring-uringan untuk mencetaknya. Semoga saya bisa menutup rasa malu karena belum punya buku dengan terus menulis saja dahulu.

dok Pribadi
dok Pribadi
 Untunglah, walau belum mempunyai buku yang diterbitkan sebagai tanda pernah aktif menulis, saya layak berbangga karena sejak tahun 2003 mulai menerbitkan sebuah majalah perempuan yang diberi nama majalah POTRET. Majalah yang diterbitkan dalam rangka membangun gerakan menulis di kalangan perempuan Aceh yang berawal dari perempuan akar rumput (grassroots women) dari kelompok dampingan Center for Community Development and Education (CCDE)Banda Aceh. 

Majalah ini, alhamdulilah bisa terbit hingga 15 tahun. Namun, karena majalah ini terbit tanpa iklan, kini majalah ini kesulitan terbit. Namun, karena semangat dan idealism yang pantang menyerah, sejak tahun 2010 majalah ini juga mengantisipasinya dengan membuka www.potretonline.com.

Belum juga kapok atau jera dengan kesulitan yang dihadapi oleh majalah POTRET, pada bulan Mai 2013, saya bersama teman-teman di Center for Community Development and Education (CCDE)Banda Aceh menginisiasi terbitnya majalah anak-anak yang diberi nama majalah Anak Cerdas. Majalah yang diterbitkan dalam rangka membangun gerakan gemar berkarya sejak usia dini. Kini sudah lebih lima tahun usianya. Agar tidak mengikuti jejak majalah POTRET yang mengalami kesulitan terbit, jalan keluarnya adalah beralih ke media online, yakni www.majalahanakcerdas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun