Hari itu, hari ke empat Idul Fitri, 1439 Hijriyah, Aku dan keluarga berangkat dari rumah di Meurandeh Alue, Kecamatan Bandardua dengan ibu kotanya Ule Gle di Pidie Jaya itu. Tujuan kami adalah ke kota Bireun, kabupaten tetangga yang jarak tempuhnya dari Meurandeh Alue  sekitar 45 menit.  Desa Meurandeh Alue sendiri adalah desa yang berbatasan langsung dengan kecamatan  Samalanga, kabupaten Bireun, Aceh. Jadi Ule Gle dan Samalanga merupakan tapal batas bagi dua kabupaten, yakni Pidie Jaya dan Bireun.
Baru bergerak dari rumah, Â sekitar 1 kilometer, kami langsung tiba di Bate Iliek. Bate Iliek itu, sebuah sungai yang berbatu-batu besar dan mengalir air yang sejuk di antara bebatuan besar itu. Kadangkala, ketika musim hujan air tampak sangat kencang mengalir ke laut. Sungai Bate Iliek pun menjadi rahmat yang tak terhingga bagi penduduk dua kecamatan berdekatan, karena sungai ini mengairi sawah-sawah yang ada di dua kecamatan itu.Â
Nama sungat Bate Iliek sekaligus sebagai nama desa, tempat wisata air itu. Pantas saja, sungai Bate Iliek ini menjadi sangat terkenal di Aceh, bukan saja karena fungsinya, tetapi juga  karena  menjadi tempat wisata yang sangat menarik bagi masyarakat di dua kabupaten berdekatan, yakni kabupaten Pidie Jaya dan kabupaten Bireun. Bahkan bukan hanya menjadi destinasi wisata dari  dua kabupaten tersebut, tetapi juga dari kabupaten lain di Aceh, seperti Aceh Utara, Lhok Seumawe dan juga Pidie. Bahkan juga dari dataran tinggi Gayo dan lainnya.
Ya hari itu, kami melintasi Bate Iliek. Ketika melintasi jembatan Bate Iliek, kami menyaksikan sangat banyak pengunjung di lokasi wisata ini. Mobil dan kenderaan roda dua memadati jalan dan lokasi parkir. Padatnya orang dan kenderaan di jalan mengharuskan kami  mengemudikan mobil dengan perlahan-lahan.  Keramaian itu tampak dari jarak sekitar 100 meter sebelum naik jembatan. Banyak orang yang menikmati pemandangan sungai dari jembatan. Apalagi jalan yang merupakan jalan lintas  Banda Aceh- Medan itu selalu ramai.
Ditambah lagi, ketika lebaran atau hari raya, banyak orang yang mudik ke mapung masing-masing dengan membawa mobil. Sehingga, suasana jalan raya semakin ramai dan membuat macet. Kondisi ini seakan bercerita bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Aceh kini semakin tinggi.
Padahal, belum tentu demikian, karena sesungguhnya tingkat kemiskinan di Aceh masih relative tinggi, yakni pada angka  16.73 persen pada tahun 2017 dan angka pengangguran pada angka 4, 19 persen.  Namun, yang jelas, jumlah mobil dan kenderaan roda dua sangat banyak di saat lebaran di Aceh, khususnya di wilayah ini.  Maka, tidak heran kalau suasana jalan menjadi sangat padat.
Padatnya pengunjung di Sungai Bate Iliek itu, juga menjadi indicator bahwa tempat ini adalah sebuah tempat yang sangat menarik bagi para pengunjung lokasi wisata ini.
Keramaian itu, bikan hanya terjadi di saat lebaran atau hari raya, tetapi juga pada setiap akhir pekan. Buktinya setiap akhir pekan, tempat ini  terlihat  banyaknya orang yang berada di objek wisata air ini. Orang-orang ramai-ramai mandi di sungai, sembari diiring gelak tawa atau suara arus sungai yang mengalir deras.
Ketika sudah kedinginan, orang-orang atau pengunjung memesan makanan dan minuman yang banyak tersedia di pondok makanan di sepanjang tebing sungai itu. Pokoknya, ketika sudah capek berenang atau mandi, para pengunjung menikmati sajian makanan yang dijual di cafe, warung kopi dan warung yang menyediakan rujak, mie, mie bakso dan lainnya. Bila panas terik, maka pondok-pondok itu menjadi tempat yang asyik untuk berteduh dan duduk bercerita dan sebagainya.
Orang-orang betah menikmati sejuk air sungai yang melegakan pikiran. Kesejukan air sungai Bate Iliek, Â benar-benar menambah nikmatnya mandi bersama anak, isteri, dan kerabat atau keluarga. Namun, yang penting ketika mandi, para pengunjung harus hati-hati, agar tidak terseret air ketika hujan tiba.
Agaknya, bila suatu saat anda melintasi jalan dari Medan ke Banda Aceh atau sebaliknya dari Banda Aceh ke Medan, dengan mobil sendiri, sebaiknya sempatkan diri untuk menikmati sejuknya air di sungai Bate Iliek, sambil menikmati sajian rujak dan mie Aceh atau mie caluek. Selamat menikmati. Inilah sebabnya mengapa  sungai Bate Iliek selalu ramai.