Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendongenglah dengan Anak bila Ingin Bahagia

2 Desember 2017   21:56 Diperbarui: 3 Desember 2017   09:54 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal dongeng tidak boleh hilang, karena dongeng itu media yang selalu up to date, yang bisa disesuaikan dengan segala zaman. Membuat dongeng, tak harus terpaku pada dongeng binatang, tetapi bisa disesuai dengan kondisi saat ini.

Nah, agar jiwa anak-anak generasi milenial tidak kosong dengan imajinasi  dan nilai-nilai akhlak, maka orang tua harus memulai lagi mencari dan membaca dongeng-dongeng kepada anak sebelum mereka tidur, karena dengan cara mendongeng tersebut hubungan anak dengan ibu bisa lebih akrab dan lebih dekat. Anak-anak pun akan lebih berkembang kemampuan narasi dan literasi mereka

Apalagi di era digital ini. Semua hal bisa terjadi. Semua hal berubah dengan begitu cepat, hanya dalam hitungan-hitungan detik atau satu klik. Kondisi ini di satu sisi memang membawa banyak keuntungan, bila kita mampu mengelolanya dengan baik dan bijak. Namun nila kita tidak mampu mengelolanya dengan bijak, maka kita akan terus terancam dengan berbagai macam efek dari cepatnya perubahan tersebut. 

Ketika anak-anak milenial ini mengalami kekosongan nilai-nilai social, nilai agama dan budaya, maka kehidupan keluarga akan menjadi sangat individualis dan komunikasi internal dan domestic pun akan renggang, karena hubungan emosional antar pribadi juga berkurang

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dalam kondisi semacam ini maka wajar bisa banyak pula orang tua kian galau akan kondisi perkembangan dan pertumbuhan anak masa kini yang serba digital. Nilai nilai moral atau akhlak  mulia,  semakin pupus dari keseharian anak. Maka,  mendongeng  ini  bisa menjadi oase di padang gersang, mengobati kegaluan lewat kegiatan mendongeng atau membaca dongeng yang  immajinatif, kreatif dan edukatif. 

Orang tua yang tidak bisa mendongeng langsung, bisa membaca dongeng singkat yang banyak ditulis oleh orang-orang yang kreatif selama ini. Dengan demikian, bukan hanya anak-anak yang akan menjadi lebih berkembang, tetapi juga ibu, ayah atau nenek yang membaca dongeng atau cerita-cerita seperti cerita nabi dan sebagainya.

Bagi keluarga yang  memiliki anak usia SD yang sudah tidak tidur lagi bersama ayah dan ibu dalam satu kamar, masih ada cara lain yang bisa dilakukan oleh orang tua, misalnya agar anak-anak rajin membaca, orang tua meminta anak-anak membaca cerita, lalu menceritakan kembali cerita tersebut kepada ibu. 

Cara lain untuk mengajari anak-anak mendongeng adalah dengan cara membawa anak ke komunitas-komunitas belajar dongeng yang selama ini sudah banyak tumbuh di berbagai daerah. Dampak positif dari kegiatan mengajarkan anak mendongeng, dengan mengikutsertakan anak ke dalam lomba-lomba mendongeng tersebut, akan akan secara otomatis menjadi anak yang rajin membaca dan memiliki kemampuan literasi yang tinggi. Orang tua pasti tahu dongeng seperti apa yang bagus untuk anak-anak mereka. 

Yang penting ketika mendongeng atau mencari buku-buku dongeng, hal yang harus selalu dipertimbangkan, selain mengajarkan budi pekerti, dongeng itu juga harus dongeng yang disajikan secara kreatif, inovatif dan edukatif. Jadi, mendongenglah, agar anak bisa mendongeng dan mendongeng, hingga terbiasa membaca dongeng yang kemudian bermuara kepada peningkatan kemampuan literasi yang mampu mengubah nasib atau kehidupan nanti di masa akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun