Ada tiga kutipan yang menarik ketika Pak Satria Dharma, yang kami sebut sebagai perintis " Gerakan Literasi Sekolah" saat mengisi acara deklarasi gerakan literasi sekolah di Kota Meureudu, ibu kota Pidie Jaya pada tanggal 20 November 2017 lalu. Pak Satria, yang pernah penulis sebut dalam sebuah tulisan di Kompasiana beberapa waktu lalu, sebagai " pahlawan Literasi" itu menjadi pembicara atau narasumber utama  yang datang dari Surabaya dalam kegiatan tersebut. Ia juga sebagai Pembina Ikatan Guru Indonesia  ( IGI) yang menjadi penggagas Gerakan Literasi Sekolah itu, bersama ketua IGI, termasuk di Aceh terus bergelut menebar virus literasi di Aceh . Salah satu rangkaian kegiatan tersebut adalah deklarasi Gerakan Literasi Sekolah di Pidie Jaya ini.
Para peserta yang terdiri dari kepala-kepala sekolah SD, MIN dan SMP se kabupaten Pidie Jaya, yang berjumlah lebih dari 150 orang tersebut itu tampak sangat antusias untuk mengikuti acara tersebut. Apalagi acara tersebut menghadirkan Bupati Pudie Jaya, Haji Aiyub Abbas.
Kala membuka presentasi mengenai literasi saat itu, Pak Satria Dharma mengutip 3 (tiga) ekspresi atau pernyataan inspiratif dari orang-orang hebat di dunia mengenai pentingnya pendidikan bagi sebuah bangsa. Â Yang pertama, beliau mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Nelson Mandela, Mantan Presiden Afrika Selatan. Kata Mandela, Â Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.Ya, kalau kita terjenahkan makna dari pernyataan Nelson Mandela tersebut adalah " Pendidikan iti merupakan senjata paling kuat yang dapat digunakan untukmengubah dunia".
Ya, artinya dengan pendidikan yang baik dan berkualitas itu, kita bisa mengubah dunia. Sementara Lyndon B Johnson, Mantan Presiden Amerika  yang ke 36 juga pernah berkata bahwa," Jawaban dari semua persoalan bangsa kita, bahkan jawaban dari semua masalah di dunia, ada pada satu kata, pendidikan, pendidikan, pendidikan.Lalu, tidak kalah pentingnya juga adalah pernyataan  Tony Blair, yang kita kenal sebagai Perrdana Menteri Inggris, atau United Kingdom (UK). Kata beliaua "Saya punya 3 prioritas kerja sebagai perdana menteri, yaitu pendidikan, pendidikan dan pendidikan.
Tentu saja tidak salah dan itu benar.  Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan melihat pengalaman selama ini, bahwa,  bangsa yang maju itu adalah bangsa yang memiliki  kualitas pendidikan yang bagus. Pendidikan yang bagus dan berkuakitas itu adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan yang memiliki budaya literasi yang tinggi. Ketika suatu bangsa memiliki budaya literasi tinggi, maka secara serta merta bangsa itu menjadi bangsa yang berbudaya baca  yang tinggi.Â
Bangsa yang memiliki budaya literasi yang tinggi, akan mampu mengatasi persoalan-persoalan yang mereka hadapi secara kreatif, produktif dan innovative hingga dapat mengatasi masalah sendiri. Kita sering membaca bahwa Negara-negara berikut ini  seperti Jepang, Finlandia, Norwegia dan beberapa lainnya di Eropa dikenal memiliki budaya litarasi yang tinggi. Indikatornya adalah pola hidup, kemajuan ilmu, teknologi dan perilaku yang mereka bangun.
Apa yang terjadi dengan banyak Negara maju dalam hal literasi ini? Ya, Â mereka sudah terlebih dahulu sadar bahwa kemajuan bangsa bisa dilakukan apabila kualitas sumber daya manusianya bagus. Bagusnya kualitas SDM, bukan didapat dengan gampang, juga bukan kodrat, akan tetapi dilewati dengan proses pembelajaran yang bekualitas, menempatkan kegiatan membaca sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi agar bisa mengubah nasib bangsa menjadi lebih baik. Proses pembelajaran itu berlangsung di rumah-rumah dan sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mampu menyiapkan bangsanya menjadi manusia-manusia yang memiliki daya dan budaya literasi tersebut, termasuk budaya literasi di sekolah-sekolah. Proses pembelajaran di sekolah dan di rumah serta di masyarakat.
Maka, menarik pelajaran dari negera-negara maju tersebut, tak dapat dipungkiri bahwa bagi masyarakat Negara-negara maju seperti ini, sudah lebih dahulu sadar bahwa membaca dan menulis itu  kebutuhan hidup. Selalu diperlukan, walau mereka mungkin tidak pernah mendapatkan perintah untuk Iqra, namun mungkin mereka belajar bahwa perintah Iqra yang datang dari Allah untuk umat islam di dunia adalah jalan terbaik untuk membangun kualitas bangsa.Â
Maka, jalan yang terbaik untuk membangun kualitas bangsa lewat pendidikan itu adalah dengan menjadikan membaca dan menulis atau literasi sebagai kebutuhan hidup. Nah, ketika membaca  menjadi kebutuhan dan budaya, maka sangat wajarlah bila hasil penelitian di bidang literasi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University di New Britain, Conn, Amerika Serikat, menempatkan lima Negara maju seperti, Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia pada posisi terbaik (The Jakarta Post, 12 Maret 2016). Mereka menjadi Negara-negara yang berdaya dan berbudaya literasi yang tinggi.
Sementara bangsa kita, Indonesia berada pada peringkat yang ke 60 dari 61 negara yang merupakan peringkat terendah. Inilah potret  buruk kualitas bangsa Indonesia di pusaran global. Konon lagi kualitas di setiap daerah, pasti sangat rendah, karena semakin ke daerah, budaya baca semakin mati. Sangat menyedihkan. Â