Aku suka menulis di Kompasiana, kataku. Aku merasa tidak terikat dengan pikiran orang lain, yang penting aku tidak menulis tentang hal-hal yang menyinggung pribadi orang. Jadi tidak masalah. Makanya, sekarang aku sedang melatih diriku untuk menulis, paling sedikit satu tulisan atau satu artikel satu hari. Dalam dua hari ini aku memilih topic tulisan mengenai para pegiat literasi. Aku menulis tentang itu untuk memotivasi mereka untuk terus menjadi pegiat dan pionir literasi agar semakin banyak yang bergerak mengajak anak dan bahkan masyarakat untuk membaca dan bila mungkin menulis.Â
Semakin banyak yang bergerak dan menggerakan literasi, maka akan semakin banyak anak dan masyarakat yang akan terdorong membangun budaya membaca dan menulis di sekolah dan di masyarakat.
Nah, mendengar penjelasanku, Pak Budi langsung menanggapiku. " Aku ingin mengingatkan teman-teman  pegiat literasi. Ingatkan mereka bahwa literasi itu bukan hanya baca -- tulis, tetapi juga matematika"  jadi, matematika sama pentingnya dengan membaca dan menulis. Sebab dalam prakteknya, dalam kehidupan kita, matematika itu selalu diperlukan. Misalnya, ketika kita meminta anak-anak menunggu, maka mereka akan menggunakan atau mengaplikasikan matematika.Â
Ada yang tidak bisa dihitung dengan menggunakan jari di dua telapak tangan, pasti akan menggunakan rumus-rumus matematika. Seharusnya dalam kampanye literasi, titik beratnya jangan hanya pada ranah baca dan menulis, tetapi juga harus memasukan matematika. Aku tidak membantahnya, karena aku tahu bahwa matematika dan dalam Bahasa sederhana hitung berhitung adalah kebutuhan dasar bagi kita. Kalau kita tidak bisa matematika, maka kita akan tidak bisa menghitung dan menganalisis jumlah, kali, bagi dan sebagainya.
Terus terang, aku merasa tertarik dengan apa yang dikatakan pak Budi. Di pikiranku, nanti setelah selesai menikmati kopi Arabika, aku langsung pulang dan menuliskan tentang literasi numeric. Untuk itu, aku harus mencari referensi dulu, agar bisa menulis soal itu secara sempurna. Namun, seperti dikatakan di atas tadi, ketika ide itu datang, ya aku harus dengan segera dan sigap menangkap ide tersebut agar ide tidak terbang melayang, entah ke mana. Kalau ide itu terbang entah kemana, maka aku tidak bisa menulis, ya tidak bisa lahir sebuah tulisan yang seharusnya ada.
Jadi, agar aku bisa mengingatkan teman-teman pegiat literasi soal itu, aku harus menambah isi kepalaku dengan membaca literature mengenai apa yang dikatakan Pak Budi tadi. Maka, sepulang dari warung kopi, aku langsung mengambil laptop dan memulai tulisan ini.sayangnya, aku belum sempat membaca dan mencari tambahan literasi soal yang disampaikan pak Budi.Â
Apalagi saat ini suah larut malam. Aku harus segera tidur, agar besok pagi bisa bangun cepat melakukan olah raga lari pagi, sekalian membaca buku-buku mengenai literasi matematika. Jadi mohon maaf, bila tulisan mengenai literasi itu, bukan hanya membac dan Menulis, tetapi juga matematika. Selamat malam dan selamat tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H