Oleh Tabrani Yunis
Dari depan  pintu gerbang, ketika memasuki halaman sekolah, pagi itu  sekitar pukul 8.30 WIB pada hari Selasa 29 Agustus 2017 itu, ruang serba guna milik SD Negeri Percontohan kota Meulaboh, masih kelihatan sepi. Sepi karena para murid sekolah itu sedang belajar di ruang masing-masing yang letaknya mengelilingi ruang serba guna itu. Para guru pun sedang sibuk mengajar di ruang kelas.  Terdengar suara anak-anak yang sedang membaca bersuara. Sementara di kelas lain, sayup-sayup terdengar pula suara guru yang sedang menjelaskan pelajaran.
Namun ada sejumlah anak usia SD yang berpakaian seragam sekolah dan  beberapa orang guru yang sedang  duduk di teras, beranda  sekolah itu. Di pikiran terselip sebuah anggapan bahwa sejumlah anak SD dan guru yang di luar ini sedang ada kegiatan di luar kelas. Ternyata bukan. Mereka adalah anak-anak SD  beserta guru pendamping dari sekolah lain di Aceh Barat yang akan ikut acara di aula serba guna SD Negeri Percontohan itu.
Ya, hari itu akan dilaksanakan sebuah kegiatan yang melibatkan lebih kurang 200 anak SD dari sejumlah SD di Aceh Barat. Kebetulan sekolah ini menjadi pihak yang ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan acara ini. Acara yang terkait dengan gerakan literasi. Ya, acara yang dilakukan dalam misi membangun gerakan literasi anak negeri yang diisi dengan kegiatan mengajak, memotivasi dan membimbing sekitar 200 an anak usia SD dengan pengetahuan dan letrampilan berkarya, mulai dari karya-karya gambar/lukisan/cergam/menggubah puisi, cerinta mini dan sebagainya. Tentu bila melihat banyaknya hal yang harus difasilitasi dalam waktu yang relatif singkat, kegiatan ini hanya memberikan pelatihan menulis bagi anak-anak tersebut.
Lalu, setelah melewati pintu gerbang sekolah, aku bersama dua teman yang berangkat dari Banda Aceh ke Meulaboh untuk memfasilitasi kegiatan ini, diajak masuk ke ruang kepala sekolah  didampingi oleh pak Bayhaqy dan bertemu dengan kepala sekolah yang masih tampak muda, Pak Haji Rasoel Artha Fathan. Sejenak duduk di ruang kepala sekolah tersebut, aku memilih keluar untuk melihat aula, tempat acara berlangsung. Di aula sudah tampak sejumlah murid dan guru pendamping yang mulai menempati tikar/kaapet yang terbentang di lantai. Iqbal Perdana yang ikut bersama, menyiapkan soundsystem dan power point yang akan digunaka selama sesi latihan.
Acara pun dimulai dan Pak Muhammad Nasir, Kepala seksi di Dinas Pendidikan Aceh Barat dengan memperkenalkan fasilitator, dan semua yang hadir dalam acara itu. Beliau mempersilakan kepala Bidang pendidikan dasar untuk membuka acara tersebut. Di hadapan lebih kurang 150 anak dari berbagai SD di Kabupaten Aceh barat itu, beliau menjalankan perannya sebagai motivator, mmeberikan semangat kepada anak dan menjelaskan bahwa dengan menulis, kita bisa mengubah dunia. Kalau pun tidak mengubah dunia, paling kurang akan mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik.Â
Sebagai penulis, katanya, kita akan sering dibawa-bawa orang. Nama kita akan selalu disebut-sebut orang. Barangkali, anak-anak yang hadir hari ini pernah mendengar nama seorang penulis yang bukunya kemudian diangkat ke layar lebar. Ingatkah kalian dengan sebuah buku, novel, Laskar Pelangi? Tanyanya. Serentak anak-anak menjawab, ya ingat. Seorang anak langsung menjawab, itu karya Andrea Hirata. Wah, sontak anak-anak menepuk tangan. Aku pun berdecak sambal berujar, wah ternyata anak-anak di sini banyak membaca. Namun yang hadir tampaknya memang anak-anak pilihan dari setiap sekolah.
Usai kata pembukaan tersebut, panggung pun diserahkan kepadaku. Sebagai seorang fasilitator yang sedang giat-giatnya mengabdikan diri untuk membangun literasi, acara yang sudah digagas sejak sebulan lalu, oleh Pak Muhammad Nasir yang menjakku untuk datang ke Aceh barat memberi motivasi dan bimbingan berkarya kepada anak-anak SD di Meulaboh. Pertemuan kami di sebuah warung kopi Gerobak Arabika Gayo, dekat dengan kantor majalah Anak Cerdas di daerah Pango Raya, Banda Aceh itu membuat niat untuk ke Meulaboh semakin kuat.
Lembaga-lembaga pendidikan formal, mulai dari tingkat sekolah dasar (SD dan sederajat), SMP/Madrasah, hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Alhamdulilah, kegiatan membangun gerakan gemar berkarya sejak dini di Aceh barat ini bisa diwujudkan, walau masih pada tahap sangat awal. Buktinya, kegiatan membangun gerakan literasi di kalangan murid sekolah dasar pada hari Selasa, 29 Agustus 2017 Â itu terlaksana dengan baik.
Tentu saja banyak hal yang sangat berkesan dari kegiatan pelatihan berkarya tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, semnagat anak-anak untuk mengikuti kegiatan latihan menulis ini sangat besar. Para murid yang hadir di aula ini, sangat antusias mengikuti tahapan-tahapan acara latihan tersebut. Tanpa ada meja untuk menulis, mereka bisa melakukannya dengan tanpa meja, menulis sambil duduk dan membungkuk. Naun, bisa menyiapkan setiap tulisan yang diminta untuk dikerjakan.
Seperti biasanya, setiap kali kita mengajak orang menulis, pertanyaan yang pertma keluar adalah apa yang harus saya tulis? Artinya mereka tidak punya ide untuk ditulis. Oleh sebab itu, untuk memecahkan writing block yang dihadapi anak-anak, sebagai proses awal dalam latihan menulis, latihan awal dimulai dengan hal yang paling dekat dengan diri anak.Â