Tentu terasa sangat puyeng juga kepala malam itu, apalagi suasana malam sudah mulai pekat. Mbak Rika mengajakku dan sopir, Syahrul untuk mencari tempat ke Woroeng Nenek yang letaknya sekitar 100 meter dari A café. Menurut mbak Rika dan mbak Leila, ini lebih cocok dan tepat. Namun, ketika tiba di tempat itu, waroeng Nenek sudah keburu tutup. Tampak ada beberapa orang pekerja waoeng Nenek yang masih berada di aera belakang. Kami pun mendekati mereka dan bertanya, apakah bisa mengadakan acara untuk besok pagi. Para pegawai waroeng Nenek menjelaskan bahwa pada hari Sabtu tersebut akan banyak pesanan tempat karena ada acara wisuda dan mereka sudah memesan tempat. Jadi, keputusannya tidak bisa.
Aku merasa semakin pusing menghadapi kondisi ini. Akhirnya aku mengajak mereka kembali ke Grand Lambhuk hotel untuk bertemu dengan manager hotel yang masih sangat muda tersebut. Kami menyampaikan permasalahan yang sedang kami hadapi, sambil berharap pihak hotel sanggup menyiapkan keperluan kami bila malam itu kami pindah atau migrasikan tempat acara. Alhamdulilah, pihak hotel, walau dengan berat hati, menyanggupi permintaan kami. Oleh sebab itu, segara kami kembali lagi ke A café dan bertemu pihak pemiliki café untuk menyampaikan maksud pembatalan acara di A café. Kami membuat kesepakatan dengan cara damai, walau mereka sudah dengan susah payah menyiapkan tenda di depan café. Akhirnya, malam itu, kami meminta kembali pihak café untuk membuka kembali backdrop, spanduk dan standing banner yang sudah dipasang. Dengan sigap mereka bekerja dan kami segera berbalik ke Grand Lambhuk hotel dengan membawa semua atribut. Sementara waktu sudah lewat pukul 0.00. Hati pun terasa gundah gulana. Ya terasa sangat galau.
Kegalauan itu mulai muncul di pikiran, bergayut di dada. Sangat beralasan bila galau dan gundah gulana menerpa hati dan pikiran. Paling tidak ada dua hal yang menggaukan itu. Kegalauan pertama terkait dengan peserta yang sudah diberitahu bahwa acara akan berlangsung di A café. Artinya, hingga tengah malam itu, informasi yang beredar adalah di A Café. Apalagi di dalam larutnya malam itu mereka yang sudah daftar, sudah lelap dengan pulas di peraduan.
Mereka pasti sudah tidak melihat lagi informasi yang disebarkan kemudian Kegalauan kedua, terkait dengan surat pemberitahuan ke pihak Polres Banda Aceh yang dalam surat  pemberitahuan tersebut disebutkankan bahwa akan mengadakan acara temu Blogger dan penulis di A café. Aku betul-betul gundah gulana. Namun aku tak bisa berkata, demi kesuksesan acara roadblog di 10 kota yang kota Banda Aceh adalah kota pertama sebagai lokasi acara.
Namun, dengan mengucapkan bismilah, akhirnya aku segera menyebarkan pengumuman pindah tempat acara lewat WA dan sms kepada para peserta yang sudah mendaftar. Hampir pukul 02.00 aku masih terus mengkomunikasikan soal migrasi tempat acara tersebut. Sungguh sangat melelahkan malam itu. Mata semakin tidak bisa diajak duduk sambil menekan tombol HP. Energi pun sudah terasa pupus. Yang diinginkan adalah tidur dan beristirahat.
Paginya, aku merasa berat bangun pagi. Badan terasa tidak begitu fit, karena kurang tidur. Pesan di WA dan sms terus berdering di HP. Aku harus mengarahkan mereka yang sudah mendaftar untuk mengubah haluan ke arah Grand Lambhuk hotel di jalan T.Iskandar, Lambhuk. Ada yang menelpon minta untuk mendaftar, ada yang bertanya dimana posisi hotel dan juga ada yang masih ingin mendaftar. Pokoknya jari tanganku yang tidak selentik jari tangan gadis di sebalah rumahku, terus menari-nari di atas keyboard HP
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Sebenarnya acara dimulai tepat pada pukul 08.00 itu. Namun. Karena terjadi migrasi menjelang pagi, banyak peserta yang tidak mendapat informasi soal migrasi tersebut dan mereka datang ke A café. Sehingga harus diarahkan lagi ke Grand Lambhuk Hotel. Peserta tampak terus berdatangan. Kegundahan akan tidak adanya peserta yang datang menggelayut di dada. Namun, satu persatu datang dan akhirnya rencana menghadirkan 100 blogger Aceh pun mencapai quota. Tercatat lebih dari 90 peserta yang hadir dengan semangat belajar yang tinggi. Hati pun mulai tenang, tinggal mengatur bagaimana prosesi acaranya saja, karena aku tidak menguasai semua hal.
Tak lama berselang, acarapun dimulai. Salah satu sesi untuk ku adalah memberikan sedikit kata sambutan dan laporan tentang kegiatan seminar dan workshop. Para nara sumber semua sudah berada di tempat ini. Ada pihak sponsor seperti Pegadaian, Traveloka, Badan Sensor film nasional serta pembicara kondang seperti Om Jay alias Wijaya Kusuma, ada M.Rizal, pemuda blogger yang telah meraup milyaran rupiah dari kegiatan ngeblognya, juga ada Yudi Randa yang merupakan spesialis hypnotize blog.Â
Alhamdulilah, tingginya animo peserta yang ikut acara ini, membuat acara yang seharusnya tutup pada pukul 16.00 dan terpaksa ditambah waktu hingga pukul 18.15 menjelang magrib. Tentu tidak ada kata lain yang pantas ku sampaikan selain bersyukur dan mengucapkan hamdalah atas izin Allah, niat untuk bisa saling membantu ini berjalan dengan baik dan sukses. Apalagi ini adalah perjalanan pertama atau kota pertama dari 10 kota yang menjadi agenda roadblog 10 kota di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H