Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Memperkenalkan Kompasiana Kepada Siswa

30 Juli 2015   14:28 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:41 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Oleh Tabrani Yunis

Saat ini, majalah POTRET mulai melakukan kegiatan POTRET Goes to School di beberapa sekolah di Banda Aceh. Kegiatan sosial yang edukatif itu dilakukan oleh majalah POTRET dalam rangka membangun gerakan menulis di kalangan pelajar dari sejak SMP hingga SMA dan sederajat. Kegiatan ini bertajuk, Semua Bisa Ditulis, Semua Bisa Menulis, Kapan Saja dan Dimana Saja, untuk memberikan motivasi, bimbingan menulis, serta bimbingan mengirimkan karya tulis ke media, baik lokal maupun nasional. Kagiatan POTRET Goest to School ini sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Sebagai sebuah kegiatan sosial dan edukatif, kegiatan ini merupakan kegiatan pelayanan bimbingan gratis yang diterima oleh para pelajar di sekolah masing-masing.

Kemarin, Rabu 29 Juli 2015, team POTRET mengadakan kegiatan ini di SMA Negeri 16 Banda Aceh. Kegiatan ini diikuti lebih kurang sebanyak 35 siswa kelas I yang baru saja melakukan aktivitas belajar di sekolah tersebut. Di awal kegiatan tersebut, saya sebagai fasilitator kegiatan itu mencoba mengidentifikasi siswa-siswa yang pernah melakukan aktivitas tulis menulis, seperti misalnya menulis puisi, cerita atau cerpen, artikel, makalah dan bahkan menulis diary. Ternyata setelah diidentifikasi, sangat sedikit dari 35 orang tersebut yang pernah menulis. Hanya 3 siswa yang melakukan aktivitas menulis. Itu pun dua di antaranya menulis diary, sedang satu lagi suka menulis puisi dan puisinya pernah dimuat di majalah lokal dan satu kali dimuat di surat kabar lokal.

Nah, ketika ditanyakan mengapa sangat sedikit yang melakukan kegiatan menulis, atau mengapa banyak yang tidak menulis? Secara serentak mereka menjawab, menulis itu sulit. Di sela-sela jawaban itu ada yang mengatakan tidak bisa menulis dan sebagainya. Oleh sebab itu, untuk membuktikan apakah benar menulis itu sulit dan apakah benar mereka tidak bisa menulis, fasilitator mulai mengajak para siswa tersebut untuk menulis sesuatu atau hal, atau orang yang paling mereka sukai, atau yang paling tidak disukai sebagai bentuk latihan. Mereka diberikan waktu untuk mengarang, menulis selama lebih kurang 1.5 jam. Selama proses latihan menulis tersebut, terlihat banyak di antara mereka yang tidak memiliki ide atau gagasan menulis. Tidak punya bahan untuk ditulis. Akhirnya fasilitator memberikan beberapa isu aktual yang terjadi di kalangan remaja masa kini. Misalnya soal tawuran, soal narkoba, soal MOS, soal sampah, soal budaya nyontek dan kebiasan merokok di kalangan pelajar dan sebagainya yang terkait dengan kehidupan remaja. Mereka diminta menulis dengan bebas, apa saja yang mereka bisa tulis.

Ternyata, memang sangat sedikit di antara mereka yang bisa menulis dengan lancar dan lebih panjang. Alasan yang mereka berikan adalah sulit memulainya. Tidak tahu mau menulis kata apa untuk memulainya. Juga ada yang mengatakan bahwa sulit merangkai kalimatnya dan sebagainya. Ada berbagai masalah yang mereka kemukakan terkait masih rendahnya kemampuan mereka untuk mengekspresikan pikiran lewat tulisan tersebut. Oleh sebab itu, fasilitor pun mendiskusikan dengan para siswa tersebut tentang bagiamana mengatasi kesulitan dalam mengarang, membuat tulisan serta apa saja yang harus dilakukan oleh para siswa bila ingin menggeluti atau memiliki kemampuan menulis tersebut.

Memperkenalkan Kompasiana

Salah seorang siswa yang memiliki animo yang tinggi untuk menulis, tiba -tiba bertanya. " Kalau saya terus menulis dan menulis, lalu ada beberapa tulisan saya yang sudah saya tulis, apakah ada media yang mau memuat tulisan saya?"  Ini pertanyaan menarik yang harus dijawab oleh fasilitator kemarin. Sebagai bagian dari upaya memotivasi, maka jawaban yang diberikan adalah sangat banyak media yang bisa digunakan untuk menulis, juga banyak media yang mau memuat tulisan kita. Walau banyak media yang menggunakan standar pemuatan yang tinggi, namun sangat banyak tempat untuk mempublikasikan tulisan kita. Oleh sebab itu, tersebutlah nama Kompasiana. Para siswa yang memiliki akses internet kemudian diminta untuk mengunjung Kompasiana.com. Setelah mereka membuka kompasiana, com, fasilitator memperkenalkan Kompasiana dengan memberikan penjelasan mengenai cara-cara untuk mempublikasikan tulisan di Kompasiana. Tentu saja mengajak para siswa untuk melihat prosedur dan tata cara untuk menjadi warga Kompasiana dan kemudian melakukan registrasi, bila mungkin.

Dalam penjelasan tersebut, salah satu hal yang dijadikan sebagai pemicu adalah tentang mudahnya setiap orang melakukan postingan sebuah tulisan di Kompasiana, tanpa harus malu-malu, atau takut memuat tulisan sendiri, sejauh mengikuti rambu-rambu yang ada. Kemudian yang paling penting dijelaskan adalah ketika para siswa bisa menulis di Kompasiana, tulisan para siswa akan dibaca dan ditanggapi oleh banyak orang. Jadi, kalau mau menjadi penulis yang handal, maka beranilah mempublikasikan tulisan sendiri di media. Bila sulit memuat di media cetak, karena berbagai persuyaratan, maka menulis di Kompasiana adalah sebuah pilihan yang tepat bagi para pemula, sepertihalnya anak-anak SMA. Terlepas, boleh atau tidak, para siswa kita membutuhkan wadah yang mau membantu menampung dan mempublikasikan karya para siswa untuk bisa membangun gerakan menulis sejak dini.

Mari kita bantu dorong dan bimbing generasi muda kita untuk terus menulis. Semoga kelak generasi muda Indonesia memiliki kemampuan menulis yang handal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun