Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ngopi Lagi Ah

3 Juli 2015   15:12 Diperbarui: 3 Juli 2015   15:12 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Ngopi, itulah kebiasaan kebanyakan orang sekarang di Aceh. Dikatakan sebagai kebiasaan banyak orang, karena bila suatu saat anda berkunjung ke salah satu kota di Aceh, anda akan menemukan banyak warung kopi.Dulu, sebelum bencana tsunami melanda sebagian wilayah Aceh, kita bisa menemukan warung-warung kopi di berbagai daerah di Aceh yang melengkapi diri dengan fasilitas televisi yang tersambung dengan parabola. warung kopi yang menggunakan parabola biasanya digunakan untuk menarik minat para penikmat kopi bisa menikmati tayangan pertandingan bola atau tinju maupun sajian lainnya yang tidak bisa diakses lewat jalur biasa. Kini, ketika zaman terus berubah, pertumbuhan dan perkembangan warung kopi di Aceh pun berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Ketika teknologi komunikasi dan informasi beralih ke penggunaan sarana internet, usai bencana tsunami menghantam sejumlah wilayah Aceh dan Aceh kembali direhab dan direkonstruksi, pertumbuhan warung kopi pun menjamur, membuat Aceh dan kota Banda Aceh mendapat julukan kota sejuta warung kopi. Dikatakan demikian, karena setiap ada bangunan 10 toko/ruko, maka di wilayah itu akan ada satu atau dua warung kopi yang dibuka. Sementara perkembangan kota Banda Aceh pasca konflik dan tsunami, tergolong sangat cepat. Lalu, ketika pertumbuhan warung kopi sangat pesat, maka konsekwensinya adalah munculnya persaingan yang ketat antar warung kopi. Persaingan ketat tersebut, membuat pengusaha warung kopi mencari strategi-strategi jitu untuk menarik para pelanggan, para penikmat kopi. Ada yang mengedapankan letak yang strategis dengan dekorasi warung kopi yang indah dan menarik, ada pula yang mendesain warung kopi dengan pelayanan sajian makanan yang bervariasi, serta banyak lagi cara yang dilakukan

Di kota Banda Aceh misalnya, anda bisa ngopi di banyak tempat. Sangat banyak tempat anda bisa ngopi. Anda bisa memilih warung kopi, sesuai dengan kondisi keuangan anda. mau kopi yang hanya Rp.2000 per gelas, hingga pada kopi seharga Rp 25.000 per cangkir atau gelas. Ya, pokoknya anda punya pilihan tempat ngopi yang sesuai dengan keinginan anda. Banyak sekali warung kopi yang menjadi tempat mangkalnya para pecandu kopi di kota Banda Aceh sekarang ini. Apalagi bangunan warung kopi kini disesuaikan pula dengan perkembangan zaman, seperti era sebelum Aceh mengalami rehab dan rekon.

Sejumlah warung kopi yang ingin menjaring banyak pengunjung dari kalangan mahasiswa dan para pencari layanan internet, maka sejumlah warung kopi di kota Banda Aceh mulai menggunakan sarana internet gratis. Layanan internet gratis bagi para pengunjun yang datang dan menikmati sajian kopi dan makanan lain. Biasanya warung-warung yang dilengkapi internet seperti ini, lebih banyak pengunjungnya dari kalangan mahasiswa atau mahasiswi yang sedang disibukan oleh tugas-tugas kuliah. Namun, tidak sedikit pula dari kalangan luar mahasiswa dan mahasiswi yang ingin chating lewat facebook dan mengecek email serta lainnya. Penyediaan internet di warung kopi seperti ini, bisa jadi tidak strategis, karena kalau tujuan orang minum kopi, lalu berinternet, biasanya mereka akan menghabiskan waktu yang lama di warung kopi hanya dengan minum secangkir kopi. Sementara pengusaha warung kopi menginginkan terjadinya rotasi pengunjung. Namun, bila pengunjung yang datang mengakses internet, maka rotasi yang cepat tersebut tidak bisa terjadi.

Selain menyediakan fasilitas internet, banyak pula warung kopi yang menyediakan sarana televisi berlangganan, agar para pencinta bola bisa menikmati siaran-siaran pertandingan bola Internasional. Warung ini akan selalu penuh ketika musim pertandingan sepak bola berlangsung. Namun di luar musim bola akan berkurang jumlah pengunjungnya. jadi, secara ekonomis, mungkintidak begitu menguntungkan. Oleh sebab itu, banyak pula warung kopi yang tidak menggunakan kedua fasilitas tersebut,  tetapi juga banyak warung kopi yang karena memiliki khas atau cita rasa adonan kopi yang berbeda, walau tampil konvensional, tanpa TV dan internet, tetap ramai dari pagi hingga tengah malam. Biasanya di warung kopi seperti ini pengunjungnya adalah para pengunjung kopi yang fanatis. Ia setia dengan tempat ini, karena di tempat ini memiliki kopi dengan cita rasa yang khas dan sudah punya nama yang kesohor. Tempat-tempat yang menyajikan kopi khas ini walau semakin bertambah jumlah warung kopi, tetap masih ramai.

Secara fungsional, warung kopi bukan hanya sebagai tempat untuk minum atau menikmati sajian kopi, di waktu pagi, siang , malam atau kapan saja yang diinginkan. Namun, warung kopi banyak menjalankan fungsi sebagai meeting point. Bila ada janji dengan sahabat atau teman, maka agenda pertemuan sering tidak lagi dilakukan di rumah, tetapi di warung kopi. Meja di warung kopi, menjadi meja tempat bercengkrama, berdiskusi, bahkan bisa bertransaksi bagi mereka yang mejalankan dagang atau bisnis. Dengan demikian, warung kopi di Aceh, saat ini menjalankan fungsi multi demensi.

Terlepas dari soal pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi warung kopi di Aceh, aku sebagai orang Aceh yang secara umum juga sebagai penikmat dan peminum kopi, sudah lama meninggalkan tradisi minum kopi. Ya, sudah lumayan lama aku berhenti minum kopi. Lebihkurang sudah lebih kurang 5 tahun tidak ngopi lagi. Namun, bukan berati tidak datang ke warung kopi, karena funshi warung kopi tadi sebagai meeting point itu. Bila ada janjian dengan teman, maka pilihannya adalah ke warung kopi. Namun, ketika di warung kopi, aku tidak ngopi, akan tetapi menikmati secangkir teh atau segelas teh dingin atau yang bagi orang Jawa menyebutnya dengan sebutan es teh manis. Setiap kali datang ke warung kopi, maka minumnya tetap teh. Sehingga ada yang menertawakan aku, karena menikmati sajian teh atau jus di warung kopi.

Selain tidak ngopi, aku sudah lama pula meninggalkan kebiasaan merokok, yakni sejak 15 Agustus 2000. Lalu diikuti dengan meninggalkan tardisi minum kopi. Apa yang membuat aku meninggalkan tradisi minum kopi, karena aku merasa tidak tahan dengan lambung ku. Setaip kali aku meneguk kopi sajian di warung kopi, perasaan mual muncul dan seperti merasa masuk angin. Akhairnyas aku putuskan untuk berhenti ngopi. Anehnya, ketika menjelang bulan Ramadhan tahun ini, aku mendapat undangan dari seorang teman yang mulai membuka warung kopi. " Aku tidak ngopi" kataku ketika aku diundang. wah, bagus, katanya. Abang akan kembali memulai tradisi ngopi setelah nanti menikmati kopi sajian kami. Begitu ujarnya.  Katanya lagi, kopi ini tidak akan membuat abang mual atau muntah, karena membuat asam lambung tinggi, tetapi setelah minum kopi ini, abang akan kembali dan kemudian menjadi penikmat kopi lagi. Aku katakan, ah, itu tidak mungkin lagi.

Sebagai seorang sahabat dan diundang dalam acara launching itu, aku disajikan dengan segelas kecil kopi yang katanya bernama gelas espresso. Segelas kecil dengan sajian kopi pahit dan sedikit gula aren sebagai pemanis. Gula arennya dimasukan di piring kecil dan dimamah setelah memasukan sesendok atau dua sendok kopi ke mulut. " Ini kopi Gayo bang. Kopi Gayo dengan jenis kopi Arabica yang kita saji dengan menggunakan mesin roaster.

Ternyata benar. Entah aku terhipnotis, entah memang karena memang nikmat, aku kini mulai kembali ngopi dan menikmati kopi lagi tanpa merasa mual seperti dahulu. Hanya saja, aku masih perlu mencari tahu, apa dampaknya bila aku melanjutkan tradisi ngopi ini. Ayo kita berbagi.

 

salam

 

Tabrani Yunis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun