Mohon tunggu...
Tabitha DwiKartika
Tabitha DwiKartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, yang tertarik pada Jurnalistik dan tulisan. Membahas tentang Fashion, Hiburan, Foto dan Video, Kuliner serta Gaya Hidup.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Teror Puncak: Ketika Sompral Membawa Petaka

9 Oktober 2024   17:55 Diperbarui: 15 Oktober 2024   15:30 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Gemuruh mesin motor mengiringi semangat 20 anak muda yang berkonvoi menuju salah satu wisata alam di Kota Bogor yaitu Curug Pangeran yang terletak di kaki Gunung Salak. Traveling tahun baru kali ini, Geng Anjay berencana merayakan dengan petualangan seru di Curug Pangeran Bogor. Sepuluh motor berderet, masing -- masing membawa dua orang, melaju dengan kencang di jalan berkelok. Gelak tawa mengiringi perjalanan mereka, menandakan kecerian dihari itu. Di barisan depan, ada Jo dan Mita yang memandu lancarnya perjalanan dengan google maps. Lalu ada Aji dan Rio si paling pentolan Geng Anjay di bagian paling belakang yang memastikan semua anggota aman selama perjalanan. "Rio kamu di belakang aja yaa, kan jagoan tapi awas jangan sompral!". Ujar Mita mengingatkan Rio.

Puluhan kilometer sudah ditempuh Geng Anjay dengan seru dan asik. Di tengah nikmatnya perjalanan memasuki Kota Bogor, mereka di hadang oleh panjangnya kemacetan. " Aduh sial banget gak sih kita, udah macet panas, asal jangan nyasar aja nih lengkap penderitaan!". Rio menggerutu. "Husss kalau ngomong yang bener yo!". Serentak anak anak menimpali. Karena kemacetan inilah mereka terpisah menjadi 2 kubu, 5 motor jalan lebih dulu sebut saja kubu A serta 5 motor di belakangnya yaitu kubu B. Saat terpisah menjadi 2, Geng Anjay berkomunikasi lewat Grup Whatsapps dan sepakat bahwa akan berkumpul kembali diatas depan loket tiket Curug Pangeran. Karena jarak 2 kubu motor ini yang cukup jauh, alhasil mereka semua setuju dengan keputusan itu.

Ditengah perjalanan, kubu A yang jalan lebih dulu saat macet tadi, dikagetkan dengan curamnya jalan menuju keatas. Karena curamnya jalan, akhirnya kubu A melipir ke salah satu rumah warga dekat situ untuk menanyakan apakah ada jalan alternatif lain disana. Setelah bertanya akhirnya warlok pun mengantarkan kubu A ke jalan alternatif yang menurut warga situ harga tiket lebih murah dibandingkan lewat jalur utama. Sementara kubu B melewati jalur utama. "Teh, Aa, ini nanti lurus aja ya bayarnya 5rb permotor" teriak warlok sambil meninggalkan kubu A pergi.

Hari semakin gelap, langit berubah menjadi keabuan menandakan hujan akan turun. "Guys ko kita belum sampe ya, ini udah mau magrib, aku gatau kubu B udah di depan loket atau belum" Ucap Mita kepada yang lain. "dikit lagi kayaknya diatas Mit mungkin kubu B udah diatas, kita gaada signal buat ngabarin" Jawab Jo memenangkan kubu A. Kubu A terus melanjutkan perjalanan keatas, tapi kejanggalan - kejanggalan terus terjadi. Kabut putih menyelimuti perjalanan mereka, hingga mereka melipir ke warung di pinggir jalan di kaki Gunung Salak."kita gamungkin lanjut, ini gabisa liat jalan sama sekali, lampu motor gue juga mati bahaya kalau lanjut jalan". Celoteh Jo saat melipir. "lho gabisa Jo kita harus jalan, ini udah mau magrib gimana kalau yang lain udah nunggu kita diatas". "tuh kan kita nyasar, apalah mending gue tidur dirumah aja kalau gini!". Rio memperkeruh suasana. Perdebatan antara mereka membuat suasana semakin tidak kondusif. Setelah perdebatan, mereka melanjutkan perjalanan dengan laju motor yang sangat rendah sambil ditemani hujan deras. Namun tidak hanya sampai situ, kejanggalan kembali terjadi. Salah satu anggota dari Kubu A yaitu Zeni mengalami demam dan tidak enak badan. "Aduh guys, gue gakuat banget nih, rasanya meriang padahal tadi pas berangkat engga lho!". Ucap Zeni mengeluh sakit. " Zen tahan yaa! Kita bentar lagi sampai ko depan loket tiket". Mita menjawab ucapan Zeni.

Kejanggalan kian menggangu Kubu A. Mereka merasa ini bukan hal yang wajar, akan tetapi Kubu A menghiraukan hal itu. Setelah tersesat dan terpisah dengan Kubu B akhirnya mereka sampai di depan loket pintu masuk Curug Pangeran Kota Bogor. "Guys itu ga sih loketnya alhamdulillah kita sampai". Teriak Mita kepada yang lainnya. "Eh tapi kok Kubu B dan temen lainnya gaada ya, apa kita salah?, tapi bener kok ini ada tulisannya loket masuk". Jo menggerutu merasa keanehan. Setelah turun dari motor dan menepi ke warung dekat loket, akhirnya mereka berusaha mencari signal untuk mengabari dimana posisi Kubu B dan lainnya. Sulitnya signal menjadi penghambat komunikasi mereka. Namun dengan usaha pencarian signal, akhirnya salah satu anggota di Kubu B mengangkat telfon.

Jo : "Halo Kevin lo dimana ini kita udah didepan loket masuk Curug Pangeran".

Kevin : "HAH! ADUHHHH JOOOO!".

Jo : "Hah kenapa?, bener kan di depan loket tiket?, jangan bercanda ah gue udah banyak masalah selama perjalanan kesini nih".

Kevin : "Jo yang dimaksud di Grup Whatsapps itu, di depan PINTU MASUK UTAMA SELAMAT DATANG KAKI GUNUNG SALAK, bukan di depan loket tiket curugnya, kan niatnya kita mau breafing dan makan siang dulu disini, ini kita nunggu hampir 5 jam kalian ga sampe -- sampe kita udah khawatir malah hujan deres, pasti kabut tebal dan sekarang udah gelap banget ini mau malem, gimana Jo kita kan niatnya ga nginep, bakal pulang pergi".

Jo : " ADUHHHH YAAMPUNN VIN, SERIUS UDAH 5 JAM, MISKOM KITA, GUE SAMA ANAK ANAK DIBUAT NYASAR NI".

Hal mengejutkan tiba, mereka miss informasi yang dimaksud Kubu B adalah pintu masuk utama, sementara Kubu A sudah ada di depan loket tiket Curug Pangeran. Setelah musyawarah antar keduanya, mereka memutuskan untuk turun kembali ke pintu utama yang dimaksud Kubu B dengan cara dijemput Kubu B  dari bawah, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan kembali. Setelah dijemput dan kumpul dengan anggota lengkap, mereka berbincang bagaimaana penyelesaian masalah hari ini. Dengan posisi dijam 7 malam tidak memungkinkan untuk pulang malam itu juga, karena minimnya penerangan dan jalan berkelok, serta tidak memungkinkan juga untuk nekat pergi ke curug dijam segitu karena Curug Pangeran tutup jam 5 sore dan baru buka kembali jam 7 pagi esok hari. Dua puluh menit diskusi akhirnya mereka memutuskan untuk menyewa 1 gubuk joglo milik warga lokal untuk istirahat malam disana dan melanjutkan perjalanan esok hari. Keesokan harinya dijam 8 pagi mereka bergegas mampir sebentar ke Curug Pangeran untuk membayar rencana awal mereka, dan setelah itu mereka pulang saat hari masih siang karena meminimalisir kejadian kemarin terjadi lagi. Kejadian ini membuat Geng Anjay trauma hingga traveling rutinan belum terlaksana kembali hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun