Minggu-minggu ini kita semua dihebohkan dengan pemberitaan soal pondok pesanten Al Zaytun. Ponpes yang berada di provinsi Jawa Barat ini mengundang kontroversi karena tabiatnya yang aneh dan menyalahi ketentuan agama. Terakhir, Al Zaytun diindikasikan terkait dengan Negara Islam Indonesia (NII)
Kabar keterkaitan itu di tengah-tengah pemberitaan tentang pimpinan Al Zaytun yaitu Panji Gumilang atau Abu Toto dan keluarganya yang punya ratusan rekening di bank dan punya ratusan surat kepemilikan tanah. Tentu saja ini menimbulkan iak tersendiri karena Ponpes yang mencampukan beberapa faham yang berbeda dengan ketentuan Islam ternyata disumbang oleh banyak orang baik Indonesia maupun agama.
Beberapa media menyebut bahwa Abu Toto memang terkait dengan NII wil 9. Hanya saja NII wilayah 9 dikalangan simpatisan NII sendiri tekait penyimpangan agama yang tidak bisa ditoleli sepeti salat yang memungkinkan seoang wanita menjadi imam atau berada di shaf depan dll.
Media itu juga menyebut bahwa simpatisan NII selain Al Zaytun sangat banyak dan tersebar di beberapa wilayah. Seperti setahun lalu, kita juga mendengar bahwa banyak sekali simpatisan NII yang berada di Sumatera Barat. Media bahkan menyebbut bahwa ada sekitar seribu orang menjadi simpatisan . Dari jumlah itu ada sekitar 400 adalah anggota aktif  termasuk anak-anak yang dibaiat (mengucap janji setia) kepada DI/NII.
Secara historis, DI /NII dibentuk dan besar pada tahun 1949 di Jawa Barat oleh Sekarmaji Kartosuwiryo. Oleh pemerintah, organisasi itu dibubarkan pada tahun  1962 namun para anggotanya menyebarkan faham/ide soal negara Islam itu kebanyak orang dan banyak daerah. Tidak saja di Jawa Barat tapi juga Sumatera dan beberapa wilayah lain.
Cita-cita dasar itu kemudian menginspirasi banyak pihak dan kalangan termasuk Al Zaytun untuk mewujudkan Negara Islam Indonesia (NII) . JI dan JAD adalah pihak-pihak yang termasuk di dalamnya , yang banyak menggunakan kekerasan atau teror untuk mewujudkan cita-cita mereka.
Kekerasan yang dilakukan oleh para simpatisan NII seringkali tidak memakai jaringan konvensional untuk mewujudkannya. Beberapa diantaa meea , bertindak dan menafsi sendiri atas kekerasan yang dilakukan demi NII.
Karena itu, kita juga tak perlu sangsi bahwa banyak pihak terkait NII, termasuk Al Zaytun karena beberapa anggota menyebutkan bahwa Al Zaytun tidak pernah melakukan kegiatan radikal. Kegiatan menyimpang dari agama dan keinginan untuk negara Islam bagi Indonesia, sudah cukup untuk membuktikan bahwa Al Zaytun adalah simpatisan NII.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H