Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai Abadi Usai Ramadan

28 Mei 2020   21:49 Diperbarui: 28 Mei 2020   21:46 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang mengatakan bahwa Idul Fitri tahun ini berbeda, begitu juga dengan Ramadannya. Covid-19 memang benar-benar memporakporandakan banyak rencana dan rancangan orang bahkan negara pada tahun 2020 ini. Kita tahu perhelatan akbar Olimpiade 2020 yang dijadwalkan diselenggarakan di Tokyo pada Agustus ini harus ditunda setahun karena wabah dunia ini.

Tak hanya itu, virus yang diyakini berasal dari hewan kelelawar dan pertama kali ditemukan di Wuhan, provinsi China itu memang muncul sekitar November atau desember 2019. Di mulai dari beberapa orang yang pernah beraktivitas di di pasar Wuhan pernah mengeluh sakit dengan tipikal yang sama.

Dampaknya memang sangat luar biasa yaitu menjadi wabah (pandemic) seluruh dunia, dan mengancam nyawa bagi pihak yang rentan terutama lansia, dan ibu hamil. Kita sudah mendapti data sekitar lima juta  orang terpapar dan ada sekitar 300 ribu orang meninggal dan 1,7 juta orang sembuh. Ini tentu situasi yang sangat sulit karena bukan saja soal kesehatan tapi juga soal ekonomi.

Banyak dampak ekonomi yang terjadi di banyak negara termasuk negara kita karena covid-19 ini. Banyak kegiatan ekspor impor dan pariwisata terganggu. Mereka tak lai saling mengirim barang atau berkunjung ke negara lain untuk berwisata. Hal itu karena satu negara berusaha melindungi rakyatnya dari penyakit yang belum ditemukan vaksinnya.

Karena itu pemerintah kita juga menetapkan protokol yang ketat untuk menghindarkan rakyat dari penularan yang lebih jauh. Kita tahu pembatasan fisik dan larangan untuk mobilisasi dilakukan untuk memperkecil resiko penularan.

Dampak kebijakan ini memang dirasakan rakyat, yaitu sebagian rakyat terutama yang mengandalkan penghasilannya dari  sektor informal dan jasa tertentu akan terganggu. Para pedagang, para pemulung, para guide, buruh kasar dan beberapa profesi lainnya yang tergantung pada pembeli atau pengguna jasa mereka. Dampak terparah memang bagi mereka dan beberapa pihak yang berada pada taraf ekonomi miskin atau rentan miskin.

Ini membuat kesetiakawanan sosial meningkat. Para pihak yang punya ekonomi yang cukup mapan membantu mereka yang ekonominya rentan. Mereka bahu membahu saling memperhatikan dan membantu. Kita lihat di banyak media, banyak pihak yang saling bantu dari berbagai profesi dan dengan niat tulus. Ini terjadi pada satu atau dua bulan ini saat kita sama-sama melaksanakan puasa di bulan Ramadan.

Karena itulah, mungkin setelah puasa dan Idul Fitri ini berlalu, kita juga harus tetap mempertahankan nilai-nilai tulus dan luhur itu. Bukan saja untuk menghalau Covid-19 ini tetapi untuk memperkokoh rasa kemanusiaan kita terhadap sesama. Ini adalah nilai abadi yang harus dipertahankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun