Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menuntut Dahlan Iskan Jujur

10 April 2014   23:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang curiga , Dahlan Iskan (DI) sudah dekat dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika Pemilu 2004,jauh sebelum DI diajak SBY bergabung ke Partai Demokrat

Cuma saat itu, DI amat menjaga sikap dan netralitas karena sebagai pemilik media, indepedensi sangat diperlukan.Dukungan dan kedekatan dengan SBY dilakukan secara terbatas dan terukur. Dia juga sadar bahwa, sebagai tokoh pers, DI menjadi panutan banyak pekerja media.

Hanya saja tiba-tiba dia berbelok arah ketika berada di tikungan : DI ingin menjadi Presiden atau Wakil Presiden. Kenapa ?

Semua paham, ketika Dahlan menjadi kader Demokrat, seluruh media milik Dahlan Iskan, langsung atau tidak, otomatis menjadi media Partai Demokrat. Seluruh grup media Jawa Pos tidak bisa lagi dikategorikan sebagai media pembawa suara rakyat karena tidak independen. Kondisi ini cukup menyakitkan bagi insan pers yang bekerja di bawah naungan Jawa Pos Grup - khususnya mereka yang tetap memiliki sikap independen.

Banyak wartawan Jawapos sendiri tak setuju dengan pilihan Dahlan kali ini. Mereka lebih menginginkan Dahlan tetap menjadi insane pers yang netral. Ini tak lepas dari sifat wartawan sejati yaitu menjunjung profesionalitas, jujur dan terbuka kepada publik. Untuk yang hitam harus dikatakan hitam. Begitu pula yang putih harus disebut putih.

Anak Kost Partai Demokrat

Meski cukup populer, dekat dengan SBY dan masuk Partai Demokrat dan punya jaringan media yang sangat besar, DI dianggap pengganggu bagi komunitas partai Demokrat. Banyak yang tak suka dengan DI karena dengan cepat dia bisa merebut perhatian banyak pihak. Bahkan juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul mengungkapkan bahwa DI tak lebih dari anak kost bagi partai berlambang mercy biru itu.

"Pihak Dahlan Iskan harus berterima kasih kepada Partai Demokrat. Karena dia orang luar partai yang diajak ikut dalam konvensi. Jadi, jangan sekali-kali mengajari ikan berenang," tegas Ruhut. Dengan pernyataan itu, tercermin bahwa DI tak cukup disukai di partai itu.

Tak ada yang salah dengan ambisi pribadi. Itu adalah hak asasi masing-masing individu dalam bernegara. Mempersembahkan apa yang terbaik dari dirinya ke komunitas yang lebih besar, dalam hal ini, negara.

Cuma masalahnya untuk apa dipaksa, jika orang lain atau komunitas yang dimasukinya itu tak suka ? Apakah tidak lebih baik menjadi insan pers, berimbang dan independen, dibanding menyeret jaringan pers yang dimilikinya dalam pusaran kekuasaan.

Jujurlah Dahlan !Tanyai Nuranimu.

[caption id="attachment_302681" align="alignnone" width="275" caption="Dahlan Iskan/Indopos"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun