Menurut data dari Direktorat Bina Penataan Bangunan tahun 2022, sebanyak 499 Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dilakukan di Indonesia, termasuk sebanyak 14 di antaranya di lakukan di wilayah Jabodetabek. Juga dilakukan pengembangan permukiman sejumlah 43 pembangunan  di wilayah Jabodetabek. Pertumbuhan ini membawa harapan akan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, seperti yang sering terjadi dalam perkembangan perkotaan yang pesat, dampak yang tidak menguntungkan juga muncul, salah satunya adalah masalah serius yang disebabkan oleh pencemaran udara. Transportasi dan infrastruktur darat menjadi faktor penting mobilitas dan konektivitas dalam pembangunan yang seharusnya membawa manfaat bagi masyarakat dengan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas. Akan tetapi, dampak tidak diinginkan seperti peningkatan polusi udara juga turut mewarnai pertumbuhan tersebut.
Pencemaran udara yang menjadi hasil sampingan dari berbagai aktivitas ekonomi dan industri, dapat membawa dampak serius bagi kehidupan manusia dan ekosistem. Polusi udara dapat merusak kualitas lingkungan hingga mengancam kesehatan manusia. Dampak signifikan sangat terlihat pada kesehatan masyarakat, khususnya dalam bentuk gangguan saluran pernapasan yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA adalah salah satu ancaman utama bagi kesehatan masyarakat dengan gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan kesulitan bernapas. Lingkungan, baik internal maupun eksternal, memainkan peran kunci dalam kesehatan individu dan kelompok. Lingkungan yang tidak seimbang dapat memicu berbagai penyakit dan gangguan kesehatan.
Kesehatan lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang optimal untuk mendukung kesehatan manusia. Ini melibatkan aspek perumahan yang aman dan sehat, pengelolaan kotoran manusia yang efisien, penyediaan air bersih yang memadai, pengelolaan sampah yang baik, dan pembuangan limbah yang benar. Polusi udara yang berasal dari asap dan gas dapat mengakibatkan ISPA. Selain itu, partikel-partikel yang mencemari udara dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti faringitis, pneumonia, alergi, dan iritasi. Pendekatan edukatif telah menjadi salah satu upaya untuk melibatkan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi pencemaran udara, hal ini mencakup penyuluhan, motivasi, dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pemantauan dan pengukuran berkala parameter-parameter pencemaran udara oleh stasiun pemantau udara di berbagai wilayah kota besar di Indonesia, seperti CO, NO, SO2, O2, partikulat, dan HK menjadi penting dalam mengukur dan memahami kualitas udara di sekitar kita.
Data Kementerian Kesehatan mencatat bahwa wilayah Jabodetabek menghadapi beban yang besar terkait ISPA, dengan kasus mencapai sekitar 14 ribu per hari. Data dari  Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, ada 638.291 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Ibu Kota periode Januari hingga Juni 2023. Berdasarkan trennya, kasus ISPA tertinggi sepanjang paruh pertama 2023 terjadi pada Maret yang tercatat sebanyak 119.734 kasus. Kasus ISPA Ibu Kota sempat menurun pada periode April-Mei, tetapi kembali naik pada Juni 2023 yang terdapat 102.475 kasus. Kualitas udara di Jakarta, yang mencapai indeks 157, masuk dalam kategori tidak sehat. Pihak Dinkes DKI Jakarta mencurigai bahwa kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh kualitas udara yang buruk di wilayah tersebut. ISPA yang tergolong sebagai infeksi saluran pernapasan akut, bisa disebabkan oleh beragam virus atau bakteri dengan gejala seperti tenggorokan sakit, pilek, batuk kering, dan batuk berdahak yang dapat berlangsung selama 14 hari. ISPA tetap menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia, dengan angka kematian mencapai 4,25 juta per tahun. Kelompok yang paling rentan adalah balita, di mana 20-40% dari pasien rawat inap anak-anak disebabkan oleh ISPA, dengan sekitar 1,6 juta kematian karena pneumonia pada balita setiap tahunnya. Angka mortalitas pada dewasa (25-59 tahun) juga signifikan, mencapai 1,65 juta.
    Pencemaran lingkungan, termasuk asap yang berasal dari sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah, merupakan ancaman serius terhadap kesehatan, terutama berkaitan dengan ISPA. Perubahan iklim, seperti fluktuasi suhu, kelembapan, dan curah hujan, juga menjadi faktor yang memengaruhi penyebaran ISPA. Oleh karena itu, penanganan ISPA tidak hanya melibatkan upaya pemberantasan penyakit itu sendiri tetapi juga perhatian serius terhadap faktor risiko lingkungan yang memainkan peran penting dalam kesehatan masyarakat. Dalam rangka mengurangi dampak ISPA, tindakan yang bersifat preventif dan proaktif harus diambil. Ini melibatkan upaya-upaya bersama dari pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mengurangi polusi udara, meningkatkan kesadaran akan masalah ini, dan mempromosikan tindakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan demikian, harapan untuk meningkatkan kualitas udara dan mengurangi dampak ISPA di wilayah Jabodetabek dapat menjadi kenyataan.
    Upaya untuk mengurangi tingkat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di wilayah Jabodetabek memerlukan tindakan yang komprehensif dan kolaboratif. Salah satu langkah pertama adalah mempromosikan transportasi berkelanjutan, seperti kereta api, bus listrik, dan sepeda, untuk mengurangi kendaraan pribadi di jalan raya dan dengan demikian mengurangi emisi gas buang. Selain itu, perlu menggalakkan penggunaan teknologi hijau dalam industri dan perusahaan, yang dapat membantu mengurangi polusi udara. Penanaman pohon di wilayah urban juga penting karena pohon-pohon ini dapat membantu membersihkan udara dan memperbaiki kualitas udara. Kebijakan ketat terkait emisi industri harus diterapkan dan ditegakkan, dengan standar emisi yang lebih ketat dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran. Pengelolaan sampah yang lebih efisien dan daur ulang yang lebih baik juga harus menjadi prioritas. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan mereka melalui kampanye penyuluhan sangat penting. Pemantauan kualitas udara yang rutin dan transparan akan memberikan wawasan kepada masyarakat, dan fasilitas kesehatan masyarakat yang memadai untuk penanganan ISPA harus tersedia. Selain itu, peraturan lalu lintas yang lebih baik dan promosi carpooling serta ride-sharing akan membantu mengurangi kemacetan lalu lintas. Terakhir, kerja sama regional dengan wilayah-wilayah terdekat adalah kunci dalam menangani permasalahan pencemaran udara di wilayah metropolitan yang lebih luas. Dengan langkah-langkah ini, harapan untuk mengurangi dampak ISPA di wilayah Jabodetabek dapat menjadi kenyataan.
    Metropolitan Jabodetabek merupakan salah satu metropolitan terbesar di dunia, dan merupakan kawasan perkotaan terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Permasalahan utama yang dihadapi kota Jakarta dimulai ketika sekitar tahun 1970-an Jakarta berkembang menjadi sebuah kota besar. Perkembangan kota Jakarta pada akhirnya tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi, bahkan sudah menyambung dengan wilayah kota di sekitarnya seperti Bogor, Tangerang dan Bekasi yang membentuk wilayah perkotaan (Kementerian PU, 2003). Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang pesat seharusnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi polusi udara yang merupakan dampak sampingan dari aktivitas ekonomi dan industri telah mengancam kesehatan manusia dan lingkungan. Polusi udara, terutama di lingkungan urban secara khusus berdampak pada kesehatan masyarakat dengan meningkatkan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan gangguan pernapasan lainnya. ISPA adalah masalah serius yang mengancam kesehatan masyarakat, terutama balita dan dewasa, dengan jumlah kematian yang tinggi setiap tahunnya.
    Kesehatan lingkungan memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan, baik individu maupun kelompok. Upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah ISPA adalah melalui pendekatan preventif dan proaktif yang juga melibatkan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat. Langkah-langkah yang nyata termasuk promosi transportasi berkelanjutan, penggunaan teknologi hijau, penanaman pohon, pengelolaan sampah yang lebih efisien, kampanye kesadaran masyarakat, pemantauan berkala kualitas udara, fasilitas kesehatan yang memadai, dan peningkatan peraturan lalu lintas. Kerja sama regional juga penting dalam menangani permasalahan pencemaran udara di wilayah metropolitan yang lebih luas. Dengan penerapan tindakan-tindakan ini, harapan untuk meningkatkan kualitas udara dan mengurangi dampak ISPA di wilayah Jabodetabek dapat terwujud. Dalam hal ini, kolaborasi dan komitmen semua pihak menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk masyarakat Jabodetabek.
DAFTAR PUSTAKA