Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Kambinghitamkan Pilihan Ganda

23 September 2023   12:23 Diperbarui: 23 September 2023   12:33 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilihan Ganda (quizx.net)

Saya merasa, guru-guru kami pandai mengakali (baca:memancing) siswa untuk berdiskusi. Kemudian kami sebagai murid, sangat menikmati proses belajar mengajar. "Menikmati" adalah kata koentji yang penting.

Kalau kita tidak menikmati prosesnya alias merasa tidak nyaman, maka bagaimana mungkin pembelajaran dengan cara berpikir kritis, dapat berjalan dengan baik? Iya, atau iya?

Ada tiga unsur penting untuk membentuk pola pikir kritis. Pertama guru sebagai penggerak/pendidik, kedua murid sebagai pelaksana/terdidik, dan ketiga komunikasi aktif antara keduanya.

Lalu, apakah tidak ada ulangan menggunakan pilihan ganda waktu SMA? Ada, bahkan banyak!

Saat ujian pilihan ganda, ada nggak yang hitung kancing baju atau pakai arah pulpen ketika jatuh digulirkan? Nggak ada!

Kenapa? Karena jika kita salah pilih atau asal-asalan memilih, maka bisa mengalami, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Alias, apes karena nilai bisa jadi minus. 

Contoh untuk satu soal, kalau kita memilih pilihan dengan benar nilainya 3. Akan tetapi, jika kita melingkari pilihan yang salah maka nilainya minus 1. Kalau dibiarkan kosong saja, maka nilainya nol.

Jadi silakan gunakan kancing baju untuk ujian pilihan ganda. Kalau kancing baju lepas semua, atau malas menghitung, coba saja pilih A semua, atau B semua. Bisa tekor bandar karena nilai bisa jadi minus!

Pilihan ganda tidaklah tabu untuk dilakukan jika guru pandai menggunakan cara yang jitu. Entah pemaparan soalnya, entah cara pendekatannya, entah penghitungan nilainya (beri nilai minus kalau salah pilih), dan masih banyak lagi.

Dengan pengalaman proses belajar mengajar seperti itulah, maka kami sebagai lulusannya, sudah dibekali "sedikit" ilmu, untuk bisa berpikir secara kritis. Saya katakan sedikit karena proses ini harus berlangsung terus, terutama harus diteruskan saat belajar di pendidikan tinggi seperti universitas.

Kalau macet di tengah jalan, misalnya saat kuliah orang menjadi malas berproses dengan pemikiran kritis (entah karena lingkungan, fasilitas dan hal lain), maka sia-sia lah usahanya selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun