Ada dua peristiwa yang bisa membuat perasaan gembira saat di perantauan. Pertama, ketika dapat menikmati masakan Indonesia. Kedua, waktu menemukan atau melihat apapun yang berhubungan dengan Indonesia.
Perasaan gembira ini saya rasakan, ketika pasangan pebulu tangkis ganda putri Greysia dan Apriani meraih medali emas, serta tunggal putra Anthony Ginting meraih medali perunggu.
Meskipun udara siang dan sore hari amat panas di Tokyo saat ini, sebetulnya ingin hati untuk menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion Musashino Forest Sport Plaza yang jaraknya hanya 20 menit dari apartemen. Apa daya pemerintah Jepang memberlakukan kembali keadaan darurat, sehingga saya harus puas menonton pertandingan melalui televisi.
Untungnya (orang Indonesia memang selalu merasa untung) dalam masa pandemi, saya masih bekerja dari rumah. Sehingga bisa menikmati seluruh pertandingan dari rumah, tanpa harus izin kantor.
Karena menggunakan dua monitor untuk bekerja, kemudian ada layar televisi untuk menonton bulu tangkis, maka sekaligus juga bisa berolahraga di rumah. Lah, bagaimana hubungan antara berolahraga dan 3 monitor?
Ya, coba saja Anda bayangkan. Monitor untuk bekerja ada di kiri dan tengah, dan televisi ada di kanan. Ketika membaca email atau dokumen, kepala menoleh ke kiri dan tengah. Kemudian saat menonton pertandingan bulu tangkis, kepala menoleh ke kanan.
Sehingga kalau sedang serius membaca email, tiba-tiba suara komentator televisi terdengar heboh, maka kepala akan menoleh secara ekstrem dari arah kiri ke kanan.
Ketika serius membaca email, kemudian menonton pertandingan, lalu baca email, begitu lagi bolak-balik, maka bisa Anda bayangkan berapa banyak kalori harus saya "bakar" untuk energi menggerakkan kepala ke kiri dan kanan. Mungkin yang bisa menyaingi gerakan kepala saat itu hanya Zubin Mehta, sang konduktor beken dari India yang mendunia.
Sebagai perantau dari Indonesia, saya merasa bangga ketika bercerita dengan rekan kerja orang Jepang melalui zoom, bahwa Indonesia meraih medali emas dari cabang bulu tangkis. Bahkan rekan kerja di Hongkong dan Singapura, memberi selamat atas perolehan medali.
Sangat disayangkan ketika ada orang yang dengan tega memanfaatkan momentum perolehan medali emas ini untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Saya yakin, kata sportif tidak ada dalam "kamus" mereka. Boro-boro sportif, mereka lebih suka dan lebih bangga mengambil jalan pintas tanpa keringat.