"Nosce Te Ipsum" adalah aforisme bahasa Latin yang asalnya dari bahasa Yunani. Artinya adalah kenalilah dirimu.Â
"Nothing new under the sun," kata orang bule. Tidak ada yang baru di dunia ini. Segala sesuatu, sudah ada sejak zaman dahulu, dalam bentuk dan cara berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang.
Contohnya, kalau menggunakan istilah zaman sekarang, Murasaki Shikibu adalah salah satu blogger top pada era Heian. Dia menceritakan kisah dengan tema percintaan selingan bumbu humor pada blog "Genji-monogatari".
Ukiyo-e, lukisan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan populer terutama pada era Edo, saat ini kita kenal dengan nama Instagram. Orang mengabadikan dan menyebarkan segala sesuatu yang dialami dalam kehidupan sehari-harinya disana.
Dahulu orang merumpi secara lisan, dalam bahasa Jepang dikenal dengan nama idobata-kaigi. Saat ini, orang merumpi melalui tulisan menggunakan WhatsApp, Line, WeChat dan lainnya.
Orang melakukan itu semua, meskipun melalui bentuk dan cara berbeda pada setiap era, karena manusia ingin selalu membangun dan mempertahankan hubungan personal dengan orang lain.Â
Aristoteles berkata bahwa hal tersebut merupakan kebutuhan dasar alamiah manusia sebagai makhluk sosial. Manusia butuh pengakuan, penerimaan, dan kenyamanan, baik secara psikologis maupun sosial.
Itulah sebabnya, orang tidak bisa lepas, bahkan beberapa ada juga yang ketagihan media sosial (selanjutnya saya sebut medsos).
Sebelum melanjutkan lebih jauh, istilah medsos dan SNS (Social Networking Service) saat ini memang digunakan dengan arti sama. Akan tetapi, jika kita telusuri lebih dalam lagi, keduanya sedikit berbeda.
Kata kunci SNS adalah komunikasi, baik itu satu arah, dua arah, maupun multi arah. Untuk melakukannya dibutuhkan platform, dimana kita harus mendaftar terlebih dahulu sebelum bisa menggunakan. Contohnya Facebook, Instagram, Twitter, LinkedIn, dan lainnya.