Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Les Fleurs du Mal" Bukan Sekadar Antologi Puisi

4 Mei 2020   16:00 Diperbarui: 4 Mei 2020   17:15 2160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Charles Baudelaire, dari buku terjemahan LFDM dalam Bahasa Jepang

Penyair menyerupai pangeran dari awan dan langit
Yang sering mengendarai badai dan menertawakan pemanah
Ketika diasingkan di bumi dengan teriakan dan cemoohan
Seakan lumpuh karena terpenjara sayap raksasa mereka

- Charles Baudelaire, L'Albatros

Sudah lebih dari 2 bulan saya menjalani Work From Home (atau di Jepang lebih dikenal dengan sebutan Remote Work), serta mematuhi ajakan #stayhome yang dikumandangkan oleh Gubernur Tokyo Koike Yuriko.

Karena itu saya banyak mengisi akhir pekan dengan diam di rumah. Kegiatan yang paling sering saya lakukan saat akhir pekan adalah bebenah.

Selain membenahi pakaian misalnya mengeluarkan baju untuk musim panas dan menyimpan baju musim dingin, saya juga membenahi koleksi buku sambil sekadar mengeluarkannya dari kotak kontainer untuk memperanginkan buku.

Saat membereskan koleksi itulah saya "menemukan" kembali buku yang saya beli beberapa tahun lalu di Jimbocho. Buku bersampul coklat dengan tebal 480 halaman itu memang mempunyai judul menarik, mungkin juga agak "mengerikan".

| lebih jauh mengenai Jimbocho, sila simak disini

"Les Fleurs du mal" (selanjutnya saya akan tulis sebagai LFDM), judul buku yang saya sisihkan dari kontainer tempat menyimpan koleksi untuk saya baca kembali, merupakan antologi puisi dari penyair, kritikus serta penerjemah Perancis bernama lengkap Charles Pierre Baudelaire (selanjutnya saya akan tulis sebagai CB).

LFDM merupakan satu-satunya antologi puisi dari CB yang dirilis semasa dia masih hidup. 

Antologi yang berisi 100 puisi ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1857. Kemudian pemerintah Perancis saat itu, menganggap 6 dari 100 puisi melanggar norma yang berlaku sehingga mereka memerintahkan untuk dihapus. Bahkan CB sendiri dikenai denda sebesar 300 franc.

Edisi kedua LFDM diterbitkan pada tahun 1861, dengan penambahan sebanyak 32 puisi baru. Edisi inilah yang kemudian banyak beredar dikalangan masyarakat dan dianggap sebagai edisi standar.

Buku yang saya beli adalah terjemahan dalam Bahasa Jepang dari edisi kedua LFDM, diterbitkan di Jepang pada tahun 1961. Judulnya dalam Bahasa Jepang menjadi "Aku no Hana".

Ejaan dan tulisan huruf kanji sudah banyak berubah saat ini. Sehingga membaca buku antologi cetakan lama merupakan suatu keasyikan tersendiri, karena imajinasi saya bisa bermain dengan ungkapan yang digunakan kurang lebih 40 tahun lalu.

CB dilahirkan dari keluarga terpandang pada tahun 1821, karena ayahnya pernah menjadi ketua kabinet. Dia mungkin mewarisi bakat seni dari sang ayah, yang mempunyai relasi dengan banyak seniman kala itu.

Sayangnya dia harus kehilangan ayah pada masa kecil dan harus mengalami kekecewaan yang cukup berat ketika ibunya kemudian memutuskan untuk menikah lagi. Walaupun dia sempat menjalani masa kuliah di fakultas hukum, namun CB tidak tertarik mempelajari hal-hal mengenai hukum.

CB banyak mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang berbau seni, dan dia sudah bertekad bulat menjadi pekerja seni saat itu.

Antologi puisi LFDM kebanyakan dibuat pada saat CB melewati hidup dengan berfoya-foya pada usia 20 tahunan, sehingga membuat ludes warisan dari ayahnya. 

Hal ini pula lah yang menyebabkan tema dari puisi CB banyak dipengaruhi perilaku dan pergulatan batinnya yang menderita saat itu. Ditambah dengan kesialan yang dialami, kemalangan, kemurungan dan bahkan terkadang imajinasi liar dengan pikiran jahat.

Kata "Mal" dalam judul antologi LFDM selain mengandung arti jahat atau buruk, juga bisa berarti sakit atau penderitaan.

Perancis pada abad ke-19 saat CB hidup adalah masa dimana uang atau kekayaan bisa mempengaruhi kekuasaan. Kita tahu bahwa pada saat itu melahirkan kelas kaum borjuis, yang puritan namun sekaligus munafik pada tata tertib moral. 

Pada abad itu kapitalisme juga meraja-lela, dan orang hanya berpikiran untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.

Mungkin CB memakai kata "Mal" untuk menyatakan betapa bobroknya keadaan pada masa itu, meskipun kehidupan pribadinya juga jauh dari sifat taat pada moral yang baik.

Sesuatu yang "jahat" memang terkadang lebih menarik, apalagi jika menyangkut dunia seni, terutama seni hiburan. 

Kita tentu tahu bahwa orang banyak tertarik untuk menyaksikan film dengan tokoh utama yang mempunyai karakter jahat seperti Joker, walaupun itu hanya sebuah spin out dari film yang mengusung tokoh utama Batman sebagai super hero-nya.

Lagipula, terkadang gambaran "jahat" memang diperlukan, karena kita semua butuh pembanding sebagai acuan. Sehingga diharapkan, kita bisa memaknai kebaikan itu lebih jauh.

Saat pandemi Covid-19 sekarang, tentu banyak dari kita melulu fokus pada kejahatan virus yang merenggut nyawa banyak orang. 

Saya bukan ingin menafikan fakta tentang rasa takut dan cemas. Fokus pada "kejahatan" virus memang perlu, dan saya pun turut berduka atas semua kehilangan, yang merupakan keprihatinan kita bersama.

Setan selalu bergerak di sisiku
Dia melayang di sekitarku seperti udara yang tak bisa ditembus
Aku menelannya, aku merasa dia membakar paru-paruku
Dan penuhi mereka dengan keinginan yang kekal dan berdosa

- Charles Baudelaire, La Destruction

Namun kita juga tahu bahwa dengan berkurangnya pergerakan (aktivitas) manusia dan terhentinya beberapa kegiatan produksi disegala bidang akibat virus yang jahat itu, ternyata juga membuka mata manusia bahwa sebenarnya selama ini, ada yang hilang dari kehidupan kita sendiri.

Bukankah beberapa orang di daerah India bisa kembali menyaksikan keindahan pegunungan Himalaya dengan selimut saljunya yang putih? Kemudian bukankah orang-orang juga sadar bahwa ternyata banyak ikan yang hidup dan berkeliaran di bawah ramainya gondola, karena kejernihan air di jalur-jalur kanal di sekitar kota Venesia?.

Potret Charles Baudelaire, dari buku terjemahan LFDM dalam Bahasa Jepang
Potret Charles Baudelaire, dari buku terjemahan LFDM dalam Bahasa Jepang
CB mungkin juga mau menunjukkan bahwa dengan pengalaman pahit hidupnya, ternyata ada kenyataan yang tidak dapat kita sangkal keberadaannya. Sesuatu yang "pahit", diharapkan dapat memunculkan buah yang "manis".

Puisi merupakan hasil karya sastra yang mengungkapkan perasaan penyair atas apa yang dialami, maupun juga apa yang telah dia lihat dalam perjalanan hidupnya.

Pengalaman melewati berbagai macam peristiwa dan aspek kehidupan itu kemudian diungkapkan dengan menggunakan irama, dan bait dalam lirik yang terkadang juga bisa mengandung kiasan.

CB menggambarkan kebobrokan masyarakat dengan indah pada puisi-puisi dalam antologi LFDM. Walaupun bukan saja "keindahan" yang tergambar, karena terkadang ada gairah pemberontakan yang menggebu-gebu bisa kita rasakan dan tangkap disana.

Puisi CB berlainan dengan puisi dari para penyair aliran naturalis maupun realisme. Dia lebih mengutamakan pengamatan subjektif atas kejadian, dan berusaha untuk melukiskan itu secara detil. Ini merupakan cara yang  umumnya digunakan oleh para penyair aliran simbolisme.

Sehingga CB dianggap sebagai pelopor aliran simbolisme dan bahkan dinobatkan sebagai Bapak Puisi Modern Perancis.

Siapa yang peduli apakah engkau datang dari surga atau dari neraka
Oh Kecantikan! Monster besar yang menakutkan dan lihai
Namun pandanganmu, senyummu, dan kakimu telah membuka
Cinta tak terbatas yang tidak tak pernah kuketahui

- Charles Baudelaire, Hymne à la Beauté 

Sebenarnya pertemuan pertama saya dengan LFDM bukan ketika saya jalan-jalan di Jimbocho dalam rangka berburu buku-buku langka. 

Namun, saya sebelumnya sudah pernah "bertemu" dengan LFDM melalui sebuah anime dengan judul yang sama dalam Bahasa Jepang yaitu "Aku no Hana". Sehingga membuat saya ingin membaca bukunya, walaupun memang agak susah untuk ditemukan.

Anime garapan Oshimi Shuuzou itu bercerita tentang pergolakan batin remaja yang menjadi tokoh utama, yaitu Kasuga Takao. Dia terlihat membaca buku terjemahan LFDM pada berbagai kesempatan.

Penggambaran kehidupan masa remaja pada anime memang menarik karena sebagian besar berdasarkan pengalaman orang pada umumnya. Misalnya penggambaran kejahilan remaja didorong oleh rasa ingin tahu, walaupun menimbulkan perasaan bersalah yang datang kemudian. 

Ditambah dengan selingan adegan erotis, seperti yang biasa kita bisa saksikan pada anime Jepang. 

Gejolak batin Kasuga Takao, mirip juga dengan pergolakan batin CB yang kemudian menjelma menjadi sederet irama dalam antologi puisi LFDM.

Setelah kematian CB, antologi LFDM mendapat apresiasi tinggi dari berbagai kritikus sastra dunia. Tidak berhenti sampai disitu, karya CB tersebut juga menjadi sumber inspirasi bagi para pelaku seni, mulai dari seni musik, sinematografi, seni teater, drama televisi dan sebagainya.

Penutup
Dalam perjalanan hidup, mungkin banyak dari kita hanya memusatkan perhatian pada satu sisi, misalnya pada sisi buruk atau hanya melihat pada sisi yang tidak menguntungkan.

Namun sebenarnya, kita perlu melihat suatu hal dari berbagai sisi. Keseimbangan itu perlu, agar kehidupan bisa berjalan dengan baik dan berguna bagi semua orang. 

Seperti kita juga punya malam (gelap) untuk menjadi penyeimbang siang (terang). Ada hujan sebagai penyeimbang musim kemarau yang kering dan panas. 

Pandemi yang sedang terjadi mungkin banyak menyeret kita pada pemikiran ke arah satu sisi saja, terutama kepada sisi buruk, yang memang lumrah karena kodrat kita sebagai manusia. 

Kita prihatin dengan keadaan saat ini.

Namun sebenarnya di sisi lain, virus jahat itu juga bisa membuka mata kita, yang selama ini "tidak melihat". Dia membantu kita membuka pikiran bahwa sebenarnya hal terpenting dalam hidup, adakala merupakan suatu yang bertolak belakang, bahkan tidak pernah kita pikirkan selama ini.

Karya seni, seperti deretan puisi dalam LFDM, setidaknya membuat saya bisa merenungi kembali tentang segala hal, dari semua sisi.

Sehingga bagi saya, LFDM bukan hanya sekadar antologi puisi.

Imajinasi saya juga bisa bermain, dan kemudian bisa menjadi pengingat agar memaknai semua kejadian, mulai dari yang baik, bahkan sampai yang jahat sekalipun.

Dengan sentimen
Dari kerendahan hati yang paling mendalam
Saya mendedikasikan
Bunga-bunga tidak sehat ini

- Charles Baudelaire, Dédicace

*) catatan: cuplikan puisi dari antologi LFDM merupakan terjemahan bebas dari versi Bahasa Jepang "Aku no Hana"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun