Perang dan pandemi memang erat dalam kehidupan, dan selalu membuat susah manusia.Â
Dalam catatan sejarah, perang sudah terjadi sejak abad 2500 SM. Sedangkan pandemi besar yang tercatat dalam sejarah, terjadi saat wabah pes melanda dunia pada abad ke-6 dan kedua kalinya pada abad ke-14.
Puluhan juta orang menjadi korban saat itu. Bahkan pandemi tersebut mengurangi penduduk Benua Eropa sebanyak sepertiganya! Namun, untungnya manusia dianugerahi akal dan pikiran untuk bertahan hidup dalam segala keadaan.
Sehingga, walaupun banyak nyawa manusia yang menjadi korban saat terjadinya pandemi tersebut, namun akhirnya manusia bisa menang perang melawan pandemi. Buktinya, saat ini manusia masih bisa bertahan hidup dan belum lenyap dari muka bumi bukan?.
Sebagai contoh, raksasa teknologi Microsoft sudah menyisihkan dana sebesar 20 juta dolar US (sekitar 309 miliar Rupiah) untuk mempercepat pengembangan teknologi AI (Artificial Intelligence) dalam perang melawan pandemi.
Dengan dana tersebut, yang menjadi fokus utama pengembangan teknologi AI dalam memerangi pandemi adalah untuk membantu diagnosis, pengobatan pasien yang terjangkit, serta pembuatan vaksin untuk mencegah penularan virus di masa yang akan datang.
Kemudian, diharapkan AI juga bisa mengatur alokasi dari rumah sakit bagi penderita, serta pendistribusian secara efektif peralatan kesehatan.
Karena kita tahu di beberapa negara seperti Italia dan Amerika, terjadi kekurangan jumlah rumah sakit untuk menampung penderita, serta langkanya beberapa peralatan kesehatan seperti alat bantu pernapasan buatan.
Di Amerika, perang terhadap pandemi diwujudkan dalam bentuk konsorsium yang bernama "The COVID-19 High Performance Computing (HPC) Consortium" atas inisiatif dari White House.
Anggotanya terdiri dari beberapa universitas, perusahaan teknologi, serta badan pemerintah. Konsorsium ini tujuan utamanya adalah menyediakan akses fasilitas komputer yang berkemampuan tinggi, untuk perang melawan COVID-19.