Tentu dalam mengirimkan lembaran, tiap IP bisa menempuh rutenya sendiri, yang berbeda dari lembaran lain (walaupun dari buku yang sama).Â
Juga dalam "perjalanan" tentunya banyak juga lembaran lain dari buku yang berbeda, yang sedang dikirim ke alamat yang berbeda pula. Sehingga "jalanan" yang menjadi rute pak pos tersebut tentu akan padat, sesak dan bisa juga macet.Â
Memang kerja IP boleh dikatakan agak semau gue (dalam bahasa teknis ini disebut best effort). Akibatnya, terkadang lembaran akan sampai pada waktunya ke alamat tujuan, terkadang telat atau bahkan tidak sampai tujuan sama sekali. Tetapi kita tentu tidak bisa protes.
Terakhir, jika semua lembaran sudah terkirim, maka TCP akan menyusun kembali lembaran yang sudah sampai ke alamat, satu persatu dari halaman pertama sampai halaman terakhir. Sehingga setelah semua selesai, tentunya lembaran itu bisa dibentuk lagi menjadi sebuah buku, dan teman Anda kemudian bisa membacanya.
Sebenarnya ada seorang lagi yang punya andil besar bagi perkembangan internet, yaitu Van Jacobson. Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, di "jalanan" banyak lembaran dari buku berbeda yang harus dikirim ke tempat tujuan. Hal ini menyebabkan "jalan" bisa menjadi padat dan macet.Â
Nah, Jacobson ini menciptakan suatu algoritma yang bisa mengatur agar kemacetan bisa berkurang, dan lembaran dari buku bisa diantar dengan cepat dan efisien ke tempat tujuan.
Sudah lebih dari 45 tahun berlalu sejak TCP/IP diciptakan. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah TCP/IP yang sudah berusia hampir setengah abad itu masih cocok digunakan sebagai lingua franca antar node yang terhubung pada internet sekarang?
Dengan beberapa alasan yang akan saya tuliskan dibawah, para ilmuwan beranggapan bahwa protocol itu sudah tidak cocok lagi digunakan (baca : sudah kedaluwarsa) saat ini. Mereka sedang berupaya untuk menggantinya dengan cara lain.Â
TCP/IP itu asalnya diciptakan dengan asumsi bahwa koneksi node dilakukan melalui kabel (wired).Â
Menurut situs hootsuite, saat ini ada sekitar 5 miliar pengguna telepon genggam, di mana kita tahu bahwa koneksi telepon genggam adalah nirkabel (wireless). Dan dari jumlah tersebut, tentu banyak juga yang menggunakan telepon genggam untuk mengakses internet.Â
Sehingga bagi koneksi internet nirkabel, protocol yang digunakan tentu akan lebih optimal jika dipakai yang sesuai. Bukan menggunakan protocol yang sudah berusia hampir setengah abad, apalagi protocol itu diciptakan bukan berdasarkan koneksi nirkabel.