Saat ini, informasi dalam bentuk digital amat banyak tersedia.Â
Saya teringat lirik lagu Bengawan Solo, yang terkenal juga di Jepang (khususnya bagi generasi yang mengalami Perang Dunia kedua). Kemudian saya membayangkan bahwa seperti di lirik lagu, informasi (dalam bentuk digital) itu sudah "meluap" sampai kemana-mana, seperti air di sungai Bengawan Solo.
Namun pada tulisan ini, saya tidak membahas tentang informasi dalam bentuk digital. Kali ini saya ingin memberi penekanan pada bahasan tentang koran cetak, yang merupakan salah satu wujud dari informasi dalam bentuk analog.
Omong-omong tentang koran cetak, berapa banyak dari pembaca yang masih berlangganan koran cetak? Atau, mungkin kadang-kadang membeli koran cetak eceran, misalnya edisi hari Sabtu atau Minggu? (Saya menggunakan istilah koran cetak pada tulisan, untuk membedakannya dengan koran elektronik (dalam bentuk digital) seperti berita koran di web).
Di Jepang, oplah koran cetak tiap tahun terus menurun. Tahun lalu saja, dibanding tahun sebelumnya, total oplah koran turun sebanyak 2,2 juta eksemplar! Koran cetak memang tidak banyak diminati dengan berbagai alasan.
Misalnya saja, karena seperti namanya yang harus melalui proses percetakan, maka berita yang disajikan koran cetak menjadi lambat dan kurang aktual dibandingkan dengan berita yang disajikan lewat media elektronik. Dari sisi pembaca, tentu mereka lebih suka membaca berita yang penyajiannya lebih cepat, bahkan dalam hitungan menit setelah peristiwa terjadi.Â
Sebenarnya dari sisi penerbit pun, mereka lebih untung menerbitkan koran melalui media elektronik, dengan berbagai alasan. Misalnya, media elektronik lebih fleksibel karena mereka bisa mengedit ulang (memperbaiki) bila ada kesalahan tulis. Hal yang sama tidak mungkin dilakukan pada koran cetak.
Apalagi, koran cetak penyebarannya amat lambat, karena membutuhkan jalur distribusi dan media secara fisik harus diantar kepada pembaca atau agen. Sehingga kondisi cuaca, kondisi jalan pada jalur distribusi, dan banyak hal lain, mempengaruhi kelancaran distribusi berita. Dan ini juga otomatis menjadi beban ongkos yang tidak sedikit bagi penerbit.
Mengenai kendala distribusi berita, tentu tidak berlaku untuk media elektronik. Karena bagi media elektronik, yang dibutuhkan hanya koneksi Internet. Tidak ada masalah hari hujan atau panas, maupun ketika jalan macet, berita bisa disampaikan langsung kepada pembaca. Bahkan berita kemudian bisa disebarkan lebih luas lagi, misalnya melalui saluran media sosial dalam hitungan detik, hanya dengan sekali klik!
Kalau ditanya apakah saya masih membaca koran cetak, maka jawabannya adalah ya, saya masih membaca koran cetak sampai sekarang. Walaupun karena kesibukan, saya hanya membeli koran cetak edisi Sabtu dan Minggu, dari beberapa penerbit koran.
Kemudian kalau ditanya alasan kenapa masih membaca koran cetak, saya bisa sebutkan beberapa di antaranya seperti berikut.