Untuk urusan nomor/angka "cantik", ternyata bukan hanya kesukaan orang Indonesia saja. Orang Jepang juga suka nomor/angka "cantik" lho.
Di Jepang, tanggal 22 Februari minggu lalu dikenal dengan nama lain yaitu "Hari Kucing" (atau neko-no-hi dalam Bahasa Jepang). Alasannya, kalau tanggal itu ditulis dengan angka menjadi 222 (beda tipis kan sama 212?), pelafalannya diplesetkan menjadi "nyan-nyan-nyan". Sebagai catatan, "nyan" adalah suara Kucing dalam Bahasa Jepang.
Jepang memang tergolong bangsa yang juga gemar memelihara hewan piaraan. Walaupun, ada beberapa apartemen menetapkan peraturan yang ketat atau bahkan melarang penghuni memelihara hewan piaraan.Â
Menurut data, walaupun persentase penduduk yang memelihara Anjing (12.84%) lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk yang memelihara Kucing (9.71%), namun populasi Kucing (9,5 juta ekor) di Jepang, lebih besar dari populasi Anjing (8,9 juta ekor). Ada beberapa pulau di Jepang yang terkenal akan Kucingnya, dan ada pulau dimana populasi Kucing melebihi populasi orang yaitu di Tashirojima, Prefektur Miyagi.
Omong-omong tentang Kucing, tentunya pembaca tahu bahwa Prabowo juga penggemar Kucing.
Kucingnya mempunyai akun instagram dengan jumlah follower yang lumayan banyak. Lebih hebat lagi, bobby---nama kucing Prabowo---mendeklarasikan dirinya sebagai "cat-izen" pertama di Indonesia.
Kita tinggalkan urusan meong sejenak. Saya ingin mengajak pembaca melihat alam semesta.Â
Saat ini para ilmuwan sedang mencoba menguak beberapa hal yang masih menjadi misteri pada alam semesta. Cara yang mereka lalukan tentunya bermacam-macam. Salah satunya adalah menggunakan ilmu-ilmu yang ada, misalnya Fisika. Dan jika kita berbicara tentang Fisika, tentu kita tidak bisa melupakan tentang teori kuantum, yang merupakan salah satu fondasi besar dari Fisika modern, selain teori relativitas umum.
Teori relativitas umum berusaha menguak misteri alam semesta dari sudut pandang dengan skala (sangat) besar, misalnya gravitasi. Sedangkan teori kuantum dari sudut pandang dengan skala yang (sangat) kecil, misalnya atom dan semua unsur pembentuknya.
Perkembangan teori kuantum dimulai saat Max Planck membuat asumsi bahwa energi yang dilepaskan (dalam wujud berbagai warna) ketika benda dipanaskan, merupakan kelipatan dari satuan unit individual yang disebut quanta. Planck juga disebut sebagai Bapak teori kuantum, dan berhasil meraih hadiah Nobel untuk bidang Fisika pada tahun 1918.
Salah satu prinsip penting dalam teori kuantum adalah prinsip ketidakpastian, dicetuskan oleh Heisenberg, yang juga berhasil meraih hadiah Nobel untuk bidang Fisika pada tahun 1932. Prinsip ketidakpastian jika dijelaskan secara ringkas adalah, jika ada partikel (atom) dapat kita ketahui kecepatan (momentum)nya, maka kita tidak bisa mengetahui lokasinya. Begitu juga sebaliknya. Tidak mungkin dua unsur tersebut (kecepatan dan lokasi) bisa bersamaan diketahui/diukur secara akurat.