Mohon tunggu...
T Widya Naralia
T Widya Naralia Mohon Tunggu... Freelancer - Community Health Nursing - Faculty of Nursing, University Indonesia

Keperawatan Komunitas - Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Kelompok Lanjut Usia

17 Januari 2020   10:10 Diperbarui: 17 Januari 2020   10:15 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini Usia Harapan Hidup (UHH) seseorang di Indonesia semakin meningkat. Usia harapan hidup merupakan usia rata-rata yang dapat dicapai oleh penduduk suatu negara yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu program pembangunan kesehatan, kesehatan lingkungan, kondisi sosial ekonomi, dan termasuk program pemberantasan kemiskinan di suatu negara. Semakin baik berbagai faktor yang mempengaruhi usia harapan hidup, maka akan semakin tinggi pula rata-rata usia harapan hidup penduduk suatu negara.

Data dari Badan Pusat Statistiik (2019) menyatakan bahwa usia harapan hidup pada tahun 2010 adalah 69,81 tahun, pada tahun 2014 adalah 70,5 tahun dan pada tahun 2018 meningkat hingga 71,20 tahun. 

Peningkatan usia harapan hidup tersebut memberikan gambaran adanya pergeseran komposisi usia masyarakat di Indonesia dari masyarakat berusia remaja dan produktif menuju masyarakat lanjut usia. 

Data proyeksi penduduk tahun 2017 menyatakan terdapat 23,66 juta jiwa penduduk di Indonesia atau setara dengan 9,03% penduduk Indonesia ada pada tahap lanjut usia (Kemenkes RI, 2017). Suatu negara dikatakan berstruktur umur tua apabila kelompok usia diatas 65 tahun mencapai angka sekitar 10 % (Waluya, 2010).

Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa Indonesia sudah memasuki kategori negara berstruktur tua. Hal ini didukung juga dengan fakta lapangan yang ada. Tak sulit mencari seseorang berusia diatas 65 tahun di sekitaran kita. 

Contohnya di stasiun KRL, di taman kota, restoran, tempat perbelanjaan, mall maupun pasar tradisional, sekolah, perkantoran, dan di rumah sakit baik sebagai pasien maupun sebagai petugas. 

Bahkan mungkin di rumah kita sendiri terdapat lansia misalnya orang tua atau nenek kakek kita. Dengan melihat fenomena pertumbuhan lansia yang perlahan tapi pasti, kita harus mulai peduli dengan keberadaan mereka. Mungkin saat ini kita mengatakan mereka, tapi beberapa tahun kemudian kata 'mereka' akan berubah menjadi 'kita'.

Lansia akan mengalami penurunan fungsi tubuhnya baik itu fungsi fisik, psikologis maupun sosial (Nies, 2017).  Pentingkah kita mengetahui perubahan apa saja yang terjadi pada kelompok lanjut usia??

Yaa hal itu sangat penting, karena ketika berhadapan dengan kelompok lanjut usia, kita akan mengerti dan menyesuaikan dengan kondisi mereka. Beberapa point dibawah ini akan membahas cukup detail mengenai penurunan fungsi tubuh pada lansia. 

Penurunan fungsi fisik yang sering terjadi pada lansia ialah penurunan elastisitas otot mata yang mengakibatkan pandangan mata menjadi kabur dan tidak fokus. Penurunan fungsi pendengaran sehingga mengakibatkan lansia sulit mendengar dan orang sekitarnya harus berbicara dengan kuat dan jelas. 

Kemudian penurunan kemampuan berpikir dan mengingat yang mengakibatkan lansia mudah lupa dan mengulang-ulang pertanyaannya, serta penurunan kemampuan anggota geraknya yang mengakibatkan lansia bergerak lebih lambat karena persendiannya yang semakin kaku.

Penurunan fungsi fisik lainnya yang jarang kita ketahui adalah penurunan fungsi organ dalam, seperti penurunan fungsi paru-paru, ginjal, jantung, dan organ pencernaan. 

Buku Adult-Gerontology Nurse Practitioner (2018) menjelaskan bahwa seseorang yang telah memasuki usia 50 tahun keatas akan mengalami penurunan kekakuan otot paru yang diikuti dengan penurunan kapasitas udara pada paru-paru dan kesulitan membuang dahak saat batuk. 

Pada ginjal  terjadi penurunan ukuran dan massanya sebesar 25% - 30% yang diikuti pula dengan penurunan fungsi penyaringan darah pada ginjal. Pada sistem perkemihan, lansia juga sulit menahan buang air kecil dikarenakan adanya penyempitan kapasitas kandung kemih dan saluran urinari. Perubahan lain juga terjadi pada sistem kardiovaskuler. 

Ketika mencapai usia 55 tahun keatas, pembuluh darah menjadi kaku  dan mudah terjadi penyumbatan, hal ini akan meningkatkan resiko hipertensi dan stroke. 

Sedangkan pada sistem pencernaan, terjadinya penurunan daya serap makanan pada usus halus dan lambatnya pengosongan pada usus besar sehingga mudah terjadi konstipasi/ sembelit. Gangguan tidur juga kerap terjadi pada lansia sehingga mereka merasa tidak mampu beraktivitas saat pagi harinya.

Perubahan-perubahan fisik lansia tersebut juga memberikan dampak negatif pada perubahan psikologis dan sosialnya. Lansia mudah merasa sedih, tersinggung, dan menarik diri. 

Terutama lansia yang jarang bertemu orang lain atau sendirian dirumah. Lansia ingin menceritakan pengalaman hidup yang selama ini mereka alami, tetapi keluarga justru menganggapnya sebagai orang yang cerewet, akibatnya lansia menjadi pendiam dan menarik diri, proses ini membentuk persepsi seseorang terkait tubuhnya, persepsi ini mencakup tentang perubahan fisik, psikologis dan psikososial.

Dari uraian diatas setidaknya kita bisa memahami kondisi perubahan apa saja yang terjadi ketika memasuki fase lanjut usia. Perubahan -- perubahan yang terjadi tersebut bukanlah suatu penyakit, melainkan hal normal yang akan dihadapi saat memasuki fase lanjut usia. 

Untuk itu, ketika kita berhadapan dengan kelompok lanjut usia, sudah sepatutnya kita memaklumi kondisi mereka yang bergerak lebih lambat, berbicara berulang kali, sulit mendengar dan melihat, mudah tersinggung, merasa diabaikan atau bahkan mudah sedih dan marah. 

Jika kita tidak memahami perubahan-perubahan yang terjadi saat memasuki fase lanjut usia maka justru kita yang akan merasa jengkel atau kesal saat berhadapan mereka. 

Padahal perubahan berupa penurunan fungsi tubuh tersebut normal terjadi dan bukan karena kemauan mereka. Hal yang harus kita ingat pula suatu saat nanti, ketika diberikan umur yang panjang oleh Sang Pencipta, kita juga akan mengalami perubahan-perubahan fisik ketika memasuki fase lanjut usia tersebut.

Sebagai keluarga yang memiliki anggota keluarga lansia, maka baiknya kita bersabar menghadapi mereka. Cobalah untuk sering mengajak berbicara dan bercerita dengan mereka. 

Beri kesempatan kepada mereka jika ingin melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, berkebun atau pekerjaan yang menurutnya ia mampu melakukannya, dengan begitu mereka akan merasa dihargai.

Sebagai warga negara yang baik, kita juga harus peduli dengan kelompok lanjut usia. Tindakan yang dapat kita lakukan ialah dengan memberikan senyuman atau menyapa mereka terlebih dahulu, memberikan kursi prioritas di transportasi umum kepada mereka, mendahulukan antrean atau membuatkan antrean khusus bagi lansia, memberikan pujian yang layak kepada mereka dan tidak memandang sinis kepadanya. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk terus saling berbagi terutama kepada lansia.

Penting untuk diingat bahwa suatu saat nanti kita juga akan berada di posisi mereka. Sudah pasti kita ingin dihargai dan diperlakukan sebaik mungkin di keluarga maupun masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun