Lukman Hakim, atau Pak Lukman biasa disebut. Usia 58 tahun terasa belum terlalu Tua, walau sekarang sudah Purna Tugas, atau Pensiun. Seperti biasanya selesai subuh pagi, kegiatan olah raganya tak pernah absen.
Keluhan kesehatan yang dirasa selama ini, hanya berat tubuhnya terlalu bugar, selalu bertambah kesamping. Tapi menurut teman-temannya Pak Lukman selalu ceria, suka bercanda, banyak menolong teman dan tetangga.
Selesai mandi, sarapan Pagi, Â Pak Lukman pamit kepada isterinya. Ia ingin bersilaturahmi dengan teman akrabnya, Burhan, yang sebulan lalu dirawat di Rumah Sakit. Kawan akrabnya itu, kena Serangan Jantung pertama, untung saja nyawanya masih bisa diselamatkan.Â
Sebenarnya saat melangkah keluar dari pintu rumahnya, menuju garasi mobil. Indra ke-6 Pak Lukman seperti memberi alarm. Ada yang enggak beres nich!
Ketika kakinya melangkah, sudah merasa tidak enak, tidak nyaman. Kakinya agak kaku, bila berjalan, cenderung miring, baik ke kanan maupun ke kiri.Â
Gejalanya mirip kesemutan yang tidak hilang-hilang. Mungkin ini pengaruh memakai kaos kaki baru yang diberi isterinya tadi. Rasa sakit di kakinya pun Ia tidak rasakan, buka pintu mobil Pak Lukman berangkat.
Jalanan Kota Bekasi macet, biasalah kalau gak macet, bukan kota Bekasi namanya, apalagi semalam habis hujan besar. Lalu lintas Kendaraan tersendat, karena dijalan masih ada genangan air di sana-sini. Hawa di dalam mobil terasa panas padahal AC dikondisikan sudah maximum dinginnya.Â
Keringat didahi Pak Lukman bercucuran. Kaki kanannya ketika menginjak pedal gas dan rem mobil terasa sakit. Mungkin saja asam uratnya sedang kambuh. Padahal Ia sudah pantang makanan bersantan. Tetapi, kaki kirinya juga ikut-ikutan sakit, ketika Ia menginjak pedal perseneling.
Peluh ditubuhnya semakin banyak, keringat dipunggung membuat kemejanya basah kuyub. Pak Lukman menduga-duga mungkinkah akan terserang stroke? atau Mungkin saja, Ia akan terkena serangan Jantung? seperti sohibnya Burhan.
Teringat, ketika masih aktif bekerja. Waktu Isoma, Ia bersama Burhan kadang pergi makan siang ke warung tongseng dan sate Pak Tin, yang enak itu. Apalagi pada tanggal muda, pesanan satenya tak kurang dari 50 tusuk, dan sate sebanyak itu, selalu disantap habis.