Bosan dengan rute bersepeda yang itu-itu saja, hari ini,  Saya ingin sangat berbeda, ya...ganti suasana dong!  Saya bersepeda melaju dari arah Selatan pinggiran kota Bandung. Lepas dari kemacetan Jalan Kopo Bandung, rehat sejenak di pinggir jalan dekat Markas Korpaskhas Sulaeman. Sebuah pesawat cureng, peninggalan jaman kemerdekaan dijadikan monumen.
Gowes berlanjut, menyusuri Komplek Sulaeman,300 meter jalan samping Lapter Sulaeman tembus lewati jalan tikus. menuju terusan Jalan Cibaduyut. Tiba dipatung sepatu Cibaduyut. Sabar Menunggu giliran lampu hijau, lalu menyebrang jalan. Setelah lewati Terminal Bus antarkota Leuwipanjang, Satu kilometer lagi menuju pasar leuwipanjang, Nah! Sebelum lampu lalu lintas, disitulah ada jongko pedagang kue balok.Â
Beberapa tahun lalu, jongko berada di seberang jalan, persisnya di pintu masuk Pasar Leuwi Panjang. Jongko Pak Barno, bersebelahan dengan pedagang Ketupat Tahu asli Singaparna Tasikmalaya, Pak Yayan. Kedua pedagang ini dipagi hari selalu di kunjungi penggemarnya, karena harganya terjangkau. Sampai sekarang keduanya, berdagang berdampingan.Â
Untuk kue balok Pak Barno dijual dua ribu rupiah per-buah. Â Kue balok enak dan mantap untuk disantap, menurut saya, bila dalam kondisi kering. Karenanya, membakarnya harus agak lama, sehingga kue baloknya garing diluar, mois didalam. Saat musim hujan seperti ini, cuaca dingin, Â tubuh perlu di beri asupan yang hangat. Segelas penuh susu jahe panas, ditemani kue balok yang gemuk dan botoh, adalah keputusan yang bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H