Mohon tunggu...
Soni Zainal
Soni Zainal Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia

Penyintas Bahasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lampu Pijar

3 November 2022   08:31 Diperbarui: 3 November 2022   08:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada satu kata-kata nasihat yang saya temukan di internet dan masih saya ingat sampai sekarang, kurang lebih seperti ini:

Mengapa pensil digunakan untuk anak-anak? Karena kesalahannya masih bisa diperbaiki.

Lalu, mengapa orang dewasa menggunakan pena? Karena untuk mengingatkan bahwa mereka tak lagi muda untuk mengulangi kesalahan yang sama.

Banyak kata-kata serupa atau bahkan yang lebih dalam lagi menyentuh perasaan pembacanya yang bertebaran di internet. Setelah kita menemukannya biasanya kita simpan di galeri dan biasanya jarang dibuka lagi.

Mari kita renungkan mengapa kita selalu mengulangi kesalahan yang sama?

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Michigan State University menyebut dalam proses adaptasinya, otak akan mendorong seseorang untuk melakukan banyak kesalahan secara berulang-ulang.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cognitive, Affective & Behavioral Neuroscience ini merupakan yang pertama kalinya menunjukkan bagaimana otak merespons kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika otak harus beradaptasi dengan peraturan baru.

Temuan peneliti Michigan State University ini menunjukkan bahwa ketika Anda memikirkan beberapa hal sekaligus, terutama saat multitasking maka Anda akan cenderung membuatnya menjadi berantakan. Oleh karena itu, butuh usaha dan latihan lebih banyak agar Anda bisa belajar dari kesalahan sekaligus tetap fokus.

Jadi, intinya jika kita ingin menghindari kesalahan yang sama dalam melakukan pekerjaan apa pun harus fokus mengerjakannya satu persatu, tahap demi tahap, pelan-pelan aja.

Akan tetapi, selalu mengulang kesalahan kesalahan dengan tujuan memperbaiki diri wajar, ko. Bayangkan jika Thomas Alva Edison menyerah saat mencoba menemukan lampu pijar, tentu kita tidak akan menikmati terangnya lampu hari ini. Kegigihan Edison akhirnya terbayar karena dia terus mencoba hingga 1.000 kali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun