Mohon tunggu...
Soni Zainal
Soni Zainal Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia

Penyintas Bahasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahas Bahasa

13 Maret 2018   19:00 Diperbarui: 14 Maret 2018   10:47 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisakah Kita Hidup Tanpa Adanya Bahasa?

Setiap makhluk hidup punya cara tersendiri untuk berinteraksi dengan sesamanya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, dibekali akal dan pikiran sehingga mempunyai sistem tersendiri dalam berkomunikasi antarmanusia. Menutut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan "alat" komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya.

Dengan "alat" berupa bahasa yang dimiliki oleh manusia untuk berkomunikasi, pesan atau maksud yang disampaikannya dapat dengan mudah diterima oleh orang lain yang juga sama-sama memahaminya. Akan tetapi tidak semua orang dapat memahami bahasa diluar kelompok masyarakatnya. Menurut data yang dilansir dari situs resmi Badan Bahasa, Indonesia memiliki 719 bahasa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. 

12 diantaranya sudah ditinggal pergi oleh penuturnya. Dari data tersebut menunjukan betapa kaya dan beragamnya budaya yang dimiliki Indonesia. Maka dari itu, Momentum Sumpah Pemuda sangat berarti besar bagi keberlangsungan komunikasi antarmayarakat yang beragam tersebut karena hasil kongres memutuskan bahwa putra putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa.

Lalu, bisakah kita hidup tanpa adanya bahasa? Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa tanpa adanya bahasa, manusia akan sulit dalam bertahan hidup karena untuk dapat bertahan hidup mengharuskan kita adanya kontak dan komunikasi dengan sesama manusia. Lebih jauh, dapat dijadikan tolok ukur intelektual seseorang karena apa yang diucapkan manusia itu adalah apa yang ada dalam pikirannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun