Mohon tunggu...
Syifaul Qolbi
Syifaul Qolbi Mohon Tunggu... Guru - Penulis lepas

Menuang apa yang ada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Bukan Beban Melainkan Tanggungjawab Orangtua

9 Februari 2023   12:50 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:56 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak merupakan anugerah terbesar yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk keluarga. Anak salah satu bentuk amanah yang dititipkan Allah kepada manusia. Ketika dua insan (laki-laki dan perempuan) telah dikaruniai seorang anak, maka secara tidak langsung Allah SWT memberikan amanah berupa tanggung jawab kepada keduanya. Karena amanah, anak harus dijaga, dirawat serta dilindungi sebaik mungkin haknya. Anak dilahirkan dalam keadaan yang sangat baik, suci tanpa dosa. Baik buruknya anak tergantung dari didikan orang tua dan bagaimana lingkungan tempat tinggalnya.
Namun di zaman modern ini, banyak orang tua yang tidak peduli terhadap anaknya. Mereka kurang memahami bagaimana cara menjaga pemberian Allah SWT. Bahkan banyak orang tua yang membunuh anak mereka sendiri karena menganggap anaknya adalah beban, bukan tanggung jawab. Banyak media yang memberitakan orang tua membunuh anaknya dengan alasan-alasan yang tidak logis. Pun banyak orang tua yang dengan tega melecehkan anaknya sendiri.
Sungguh ironis melihat dunia yang semakin tua ini dipenuhi dengan banyaknya hal-hal yang tidak terduga dan di luar nalar manusia. Hampir setiap hari kita saksikan di media berita anak yang dibunuh, dan dilecehkan oleh keluarga terdekat sendiri. Padahal, anak merupakan seseorang yang harus diberi perhatian lebih, karena dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Anak dalam Sudut Pandang Islam
Agama Islam, memberikan perhatian lebih terhadap anak. Anak sering kali disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits. Dalam pandangan Islam, anak memiliki peran penting baik untuk orang tua, masyarakat maupun warga secara keseluruhan.
Anak memiliki kewajiban. Anak berhak menerima sesuatu dari orang tua, pun sebaliknya orang tua wajib memberi hak kepada anak. Agar tidak terjadi eksploitasi terhadap hak-hak anak.
Berat atau ringan dalam mendidik anak tidak ditentukan dari berapa jumlah anak, namun tergantung persepsi masing-masing orang terhadap anak. Ubah mindset tentang anak, anak merupakan aset, bukan beban. Jika memposisikan anak sebagai aset, maka akan terasa ringan. Sebaliknya, jika anak dianggap sebagai beban, cenderung akan diabaikan karena merasa melelahkan.
Anak shalih yang dapat mendoakan orang tuanya merupakan aset akhirat. Ketika orang tua meninggal, terputus semua amal dan kepemilikan yang dimiliki di dunia. Yang tersambung hanyalah amal jariyah. Kepemilikan satu-satunya yang bis dinikmati adalah anak kita. Dialah yang berhak mendoakan kita, bukan lainnya. Itulah aset akhirat yang hanya dapat dimiliki oleh orang tua.
Hilangkan anggapan bahwa anak merupakan beban keluarga. Anak dilahirkan dengan membawa rezeki masing-masing yang sudah ditentukan-Nya. Allah sudah menjamin dengan mencukupkan dalam kehidupannya. Yang menjadi masalah adalah karena para orang tua belum percaya sepenuhnya terhadap Allah secara kaffah (utuh) bahwa anak merupakan kekayaan dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW. Bersabda "kamu (anak laki-laki) dan hartamu adalah aset milik orang tuamu." Maksudnya, walaupun sudah menikah, orang tua punya hak atas harta anak. Anak-anak yang memiliki keistimewaan menghafal 30 juz Al-Qur'an, kelak di hari kiamat yang mendapat keistimewaan bukan anak saja, pun orang tua akan menerima hasil dari keistimewaan anak dengan menerima mahkota.
Mendidik anak itu sama halnya menanam pohon. Dijelaskan dalam firman-Nya, besarkanlah anak dengan sebaik-baiknya pertumbuhan. Allah juga menyampaikan kepada Rasul ketika mendidik sahabatnya. Disebutkan pula bahwa Allah sudah memberikan kebahagiaan sebelum panen tiba, bagaimana bahagianya nanti ketika panen? Bahagia tidak harus menunggu panen, tidak menunggu anak besar. Asal proses mendidiknya baik, orang tua akan bahagia sepanjang pertumbuhan usia anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun