Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) terletak di bagian selatan Propinsi Riau. Kabupaten Inhil juga berbatasan langsung dengan Propinsi tetangga di bagian selatan dan timurnya.Â
Di bagian selatan berbatasan dengan Propinsi Jambi (Tanjung Jabung Barat) sedangkan di bagian timur berbatasan dengan Propinsi Kepri (Kabupaten Tanjung Balai Karimun). Hal ini menjadikan Kabupaten Inhil sebagai salah satu gerbang lintas regional dengan memanfaatkan jaringan jalan lintas Sumatera timur serta beberapa jaringan sungai dan laut yang melintasi wilayah kabupaten ini.
Kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil (anak sungai) yang tersebar di seluruh kecamatan. Sungai utama nya yaitu Sungai Indragiri yang berasal dari Danau Singkarak dan bermuara di Selat Berhala. Selain itu, Inhil juga dibelah dengan parit-parit kecil yang sangat banyak.Â
Parit-parit ini difungsikan sebagai alternatif akses transportasi sekaligus sebagai saluran drainase bagi perkebunan yang ada di Kabupaten Inhil terutama Kelapa dan Kelapa Sawit yang memang membutuhkan saluran drainase. Banyaknya jumlah parit ini, membuat banyak orang lazim menyebut Inhil sebagai Negeri Seribu Parit.Â
Ketika parit-parit itu tidak lagi mampu menampung curah hujan dan air pasang, maka solusi berikutnya adalah membangun tanggul untuk menghalangi air masuk ke dalam kebun. Tanggul-tanggul yang dibuat ini dilengkapi dengan pintu-pintu yang biasanya dibuat dengan batang kelapa atau pipa paralon dan ditempatkan di muara saluran tersier (parit anak). Video berikut sedikit menggambarkan kondisi Inhil.
Berlimpahnya jumlah sungai, anak sungai maupun parit tentu saja memberikan banyak dampak positif bagi kegiatan ekonomi di Kabupaten Inhil. Banyak sekali potensi perikanan, mangrove maupun ekowisata yang sebenarnya bisa digali. Tetapi kondisi ini juga mendatangkan tantangan tersendiri khususnya dalam membangun akses transportasi darat.Â
Untuk menghubungkan kecamatan-kecamatan yang terpisah sungai, anak sungai maupun parit, setidaknya diperlukan ratusan jembatan yang biaya pembangunan tidaklah kecil. Belum lagi problem tanah di Inhil didominasi endapan alluvial lunak dan gambut yang mempunyai kompresitasnya tinggi, sehingga menyebabkan mudahnya penurunan lapisan tanah.Â
Dengan demikian akan diperlukan biaya yang lebih besar terkait material dan teknik pembangunan untuk mendapatkan struktur bangunan yang cocok di atas tanah tersebut. Selama 55 Tahun Kabupaten Indragiri Hilir berdiri, PR besar pembangunannya masih didominasi oleh Jalan dan Jembatan.
Tantangan lain yang juga dihadapi adalah persoalan Infrastruktur Perkebunan Kelapa yang kian terdegradasi akibat perubahan iklim yaitu air pasang semakin tinggi, curah hujan pun tak menentu, kadang tak mengenal musim. Daerah-daerah yang tadinya tidak tersentuh air pasang mulai perlahan-lahan tergenang air pasang.Â
Genangan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan sistem perakaran tanaman kelapa menjadi terganggu, Pada kondisi parah, tanaman kelapa akan rusak yang ditandai dengan daunnya yang menguning, batangnya yang mengecil, buahnya yang gugur, dan sistem perakarannya banyak yang mati.
Masalah trio tata air (drainase) merupakan kunci keberhasilan pengelolaan tanaman kelapa di daerah pasang surut dan lahan gambut. Tanpa pengelolaan yang baik dan kontinyu, maka sulit untuk memulihkan kembali perkebunan kelapa yang rusak. Â