Mohon tunggu...
Syukur Budiardjo
Syukur Budiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Pensiunan Guru Bahasa Indonesia SMP di DKI Jakarta. Alumnus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Bahasa Indonesia IKIP Jakarta. Dengan suka hati menulis artikel, cerpen, dan puisi di media massa cetak, media online, dan media sosial. Menulis buku kumpulan puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (2018) dan buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Sebagai Pengembangan Profesi Guru (2018(. Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tunggu Aku di Pojok FB Itu

9 September 2019   09:11 Diperbarui: 9 September 2019   09:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam-malam panjangnya selalu ia gunakan untuk curhat dan berbicara dengan perempuan yang menjadi kekasihnya di dunia maya. Berbicara apa saja yang berkelebat di dalam kepala atau hatinya. Tanpa beban. Juga mendengarkan keluh kesah yang disampaikan kekasihnya. Dengan bahasa yang mbeling. Atau barangkali malah vulgar!

Namun, pertemanan lelaki tua itu dengan perempuan kekasihnya, selalu berumur pendek. Ia merasa bosan. Ia akhiri pertemanan itu. Ia kemudian mencari kekasih lagi. Ia berbicara dan mendengar lagi dengan kekasih barunya. Ia bosan lagi. Ia putuskan cintanya. Ia mencari kekasih baru lagi. Ia berbicara dan mendengar lagi. Ia sudahi lagi karena bosan. Hingga tak terhitung dengan jari tangan mantan kekasihnya di dunia maya. Mangsanya bertumbangan.

/7/
Lelaki tua itu masih duduk menghadap laptop ketika nyanyian jengkerik di tengah malam masih terdengar. Lolong anjing liar tak membuatnya takut, kemudian berhenti mencari mangsa. Ia tak peduli. Karena malam hari baginya adalah waktu kebahagiaan itu bersemayam di dalam hatinya. Meski diwarnai dengan kata-kata tak sedap didengar dan diumbar. Ia masih juga chatting dengan kekasih.

/8/

Lelaki tua itu adalah lelaki yang kesepian jiwanya, juga raganya. Karena istrinya pergi meninggalkannya begitu saja. Tanpa alasan yang jelas. Pergi tanpa kabar. Mungkin pergi bersama selingkuhannya. Dengan meninggalkan beban yang tak ringan. Tiga anak. Semuanya masih bersekolah.

/9/

"Tunggu aku di pojok FB itu! Jam sembilan." Demikian kalimat yang terbaca oleh lelaki tua itu di kotak pesan di facebook. Pesan itu berasal dari kekasihnya. Ia membaca berkali-kali kalimat itu.

Lelaki tua itu melihat jam dinding di tembok kamarnya. Pukul delapan maIam. Matanya kemudian menembak kalender yang terpasang di sebelah jam dinding. Hari Sabtu. Pada hari Sabtu malam inilah ia akan berbicara dengan kekasihnya muntuk membicarakan masa depan. Kekasihnya yang paling disayang karena ia berencana akan menikahinya.

/10/

Ia masih duduk menghadap laptop. Memandang layar monitor. Melihat profil facebooknya. Ia menunggu pesan masuk. Akan tetapi, pesan yang ditunggu tak juga muncul di kotak pesan. Sepertinya ia lupa bahwa pesan kekasihnya akan muncul di facebooknya pada jam sembilan malam. Ia tak sabar menunggu.

Ia mulai jenuh hanya dengan memandangi profilnya. Matanya lalu menyusuri status yang pernah dipostingnya. Puisi. Ia tertawa karena puisi-puisi yang pernah diunggahnya disukai teman-temannya. Puisi-puisinya juga memperoleh banyak komentar. Tetapi, kebanyakan mengejeknya daripada memujinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun