Polisi mengungkap sejumlah fakta baru terkait kasus pembunuhan terhadap Vina dan kekasihnya, Eky, yang terjadi di wilayah Cirebon. Fakta-fakta baru tersebut diungkap dalam konferensi pers yang digelar untuk menetapkan Pegi Setiawan alias Perong sebagai tersangka dalam kasus ini. Konferensi pers ini diadakan pada hari Minggu (26/5). Sebelumnya, polisi telah menangkap delapan pelaku yang terlibat dalam pembunuhan Vina pada tahun 2016.
Pegi, yang bekerja sebagai kuli bangunan, telah menjadi buronan selama delapan tahun. Akhirnya, polisi berhasil menangkapnya di wilayah Bandung beberapa waktu yang lalu.
Berikut deretan fakta baru dalam kasus pembunuhan terhadap Vina:
1. Peran Pegi
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Jules Abraham Abast, mengungkapkan bahwa Pegi berperan besar dalam kejahatan ini. Pegi menyuruh rekan-rekannya untuk mengejar Vina dan Eky saat keduanya sedang berboncengan sepeda motor.
Pegi Setiawan alias Perong tidak hanya terlibat dalam penganiayaan, tetapi juga memperkosa Vina. "Setelah mengangkat korban Vina ke dekat korban Rizky, Pegi kemudian mencium dan memegang payudara korban, memperkosa Vina, dan membunuhnya dengan cara memukul menggunakan balok kayu," jelas Jules. Setelah melakukan penganiayaan dan pemerkosaan, Pegi dan tersangka lainnya membawa kedua korban ke flyover dan meninggalkan mereka di sana.
2. Pegi Otak Pelaku Pembunuhan dan Sering Lempari Batu ke Geng Lain
Direktur Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Surawan, menyatakan bahwa Pegi adalah dalang utama dalam kasus pembunuhan ini dan dikenal sering melempari geng motor lain dengan batu. "Saat berkumpul dengan sesama anggota geng motor Moonraker, jika ada anggota geng motor XTC yang lewat, mereka sering melempari dengan batu. Pegi Setiawan (PS) mengajak tersangka lain untuk mengejar korban dengan berkata,Â
'Saya ada masalah dengan mereka. Kejar!'" ujar Surawan.
3. Pegi Gelengkan Kepala Saat Konferensi Pers
Dalam konferensi pers terkait kasus pembunuhan ini, Pegi terlihat beberapa kali menggelengkan kepalanya saat polisi menjelaskan perannya dalam kejadian tersebut. Pegi yang tampak menunduk, beberapa kali menghadap kamera dan menggelengkan kepalanya.
"Memukul korban Vina dengan tangan kosong hingga hidungnya mengeluarkan darah di lokasi kejadian," ujar Jules. Setelah polisi memberikan penjelasan tersebut, Pegi kembali menggelengkan kepalanya, seolah menolak atau tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh pihak berwenang.
4. Dua DPO Lain Ternyata Fiktif, Ini Alasannya
Polisi sebelumnya menyebutkan bahwa ada tiga Daftar Pencarian Orang (DPO) terkait kasus pembunuhan Vina yang telah buron selama delapan tahun. Ketiga DPO tersebut adalah Pegi, Dani, dan Andi. Namun, setelah penangkapan Pegi, polisi mengungkapkan bahwa dua DPO lainnya, yaitu Dani dan Andi, ternyata tidak ada atau fiktif.
Kombes Surawan menjelaskan bahwa DPO sebenarnya hanya satu, bukan tiga seperti yang dikira sebelumnya. "DPO yang benar hanya satu, atas nama Pegi Setiawan (PS). Ternyata, nama Dani dan Andi itu tidak ada," ujar Surawan. Ini menunjukkan bahwa informasi awal mengenai keberadaan tiga DPO tersebut tidak akurat, dan hanya Pegi yang menjadi buronan nyata dalam kasus ini.
5. Cara Pegi Menghindari Polisi Selama Delapan Tahun
Terungkap bahwa Pegi sering bepergian antara Cirebon dan Bandung untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Ketika berada di Bandung, Pegi tinggal di sebuah kontrakan bersama ayah kandungnya. Selama delapan tahun tersebut, Pegi berhasil menghindari penangkapan dengan menyamarkan identitasnya. Ia menggunakan nama baru, yaitu Robi Irawan, untuk mengaburkan jejaknya dari pihak berwenang.
"Nama aslinya sudah diganti. Bukan lagi Pegi, tetapi menggunakan nama Robi," ungkap Surawan.Â
Dengan cara ini, Pegi berhasil mengelabui polisi dan masyarakat sekitar, sehingga ia bisa melanjutkan kehidupannya tanpa terdeteksi sebagai buronan selama bertahun-tahun.
6. Pegi Teriak Merasa Difitnah
Saat konferensi pers berlangsung, Pegi tiba-tiba berteriak dengan nada tinggi, menyatakan bahwa dirinya difitnah dan dijadikan kambing hitam dalam kasus tersebut.Â
"Saya tidak pernah melakukan pembunuhan itu. Ini fitnah, ini fitnah, saya rela mati," kata Pegi dengan tegas.
Selain itu, Pegi juga membantah tuduhan pemerkosaan yang diarahkan kepadanya. "Saya tidak pernah sama sekali melakukan pemerkosaan," ujar Pegi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Pegi merasa sangat tertekan dan tidak menerima tuduhan yang disampaikan oleh pihak berwenang dalam konferensi pers tersebut.
7. Polisi Punya Saksi Kunci
Kombes Surawan memberikan tanggapan terhadap pengakuan Pegi yang merasa difitnah dalam kasus pembunuhan tersebut. Surawan menjelaskan bahwa pihak kepolisian sudah tidak lagi bergantung pada pengakuan dari pelaku.
Untuk saat ini, Surawan mengklaim bahwa polisi telah memiliki saksi-saksi kunci yang dapat membuktikan bahwa Pegi adalah dalang di balik pembunuhan ini.Â
"Jadi, kami tidak lagi memperhatikan keterangan dari PS (Pegi Setiawan). Yang penting, kami sudah mengumpulkan saksi-saksi kunci dan telah meminta keterangan mereka," ujar Surawan.
Surawan menambahkan bahwa kesaksian dari para saksi ini cukup kuat untuk memastikan keterlibatan Pegi dalam kasus tersebut, sehingga bantahan dari Pegi tidak lagi menjadi fokus utama dalam proses penyelidikan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H