Mohon tunggu...
Lyfe

Rumah Para Pejuang Pertanian, dengan Bimbingan Baktinusa

3 Januari 2017   23:48 Diperbarui: 4 Januari 2017   00:07 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2013 adalah awal saya, Syuga Eugenia Invicta, berkenalan dengan International Organization of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS), sebuah asosiasi terbesar di dunia yang bergerak di bidang pertanian dan ilmu terkait. IAAS bermarkas di Belgia dan terdiri dari 45 negara anggota. Di Indonesia sendiri, IAAS berada di 8 Universitas yaitu UNS, IPB, UNPAD, UB, UNDIP, UGM, UNRAM, dan ULM dengan lebih dari 800 member aktif. Kami terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan bertanggung jawab untuk menciptakan word class member dengan pemahaman akar rumput untuk bergerak mengkoneksikan pemuda, petani, dan stakeholder pertanian termasuk pemerintah dan lembaga-lembaga swasta melalui program-program kerja kami. Saya bergabung dengan IAAS karena saya percaya melalui IAAS saya mampu mewujudkan mimpi saya sedari kecil yaitu mengubah dunia. IAAS memberikan lingkungan global yang saya butuhkan untuk berkembang dan bertindak nyata untuk membawa pangan Indonesia khususnya yang berasal dari lahan pertanian untuk lebih merdeka. Awalnya saya berada di departemen Human Resource and Development yang mengajarkan saya memanajemen manusia termasuk bagaimana memotivasi mereka bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk memberikan pengaruh bagi khalayak luas. Melalui departemen HRD pula saya mengurus seluruh member IAAS, mengikuti program seluruh departemen, dan memahami tugas masing-masing dari mereka di tiap departemen, Maka pada tahun kedua saya menantang diri saya untuk lintas departemen yaitu memimpin departemen Exchange Program yang beranggotakan 16 orang karena hal berbau exchange dan relasi global adalah passion saya. Disana saya memiliki networking yang lebih luas karena mengontrol exchange yang terjadi antara IAAS se-Indonesia, belajar bekerjasama dengan orang-orang yang lebih tua dan expert di perusahaan dan perkebunan tujuan exchange, serta meningkatkan kemampuan public speaking terutama dalam bahasa inggris.

Awalnya saya ingin mengakhiri karir berorganisasi saya karena dorongan untuk lebih fokus dalam akademik dan mempersiapkan diri menjadi Mahasiswa Berprestasi. Namun, saya merasa masih banyak hal yang ingin saya lakukan untuk IAAS, untuk pemuda diluar sana, dan juga pangan maupun pertanian Indonesia, bahkan dunia, yang tidak mungkin saya lakukan hanya dengan duduk di kelas mengikuti perkuliahan. Saya memiliki banyak ide dan diluar sana banyak anggota IAAS yang mempercayai saya, lalu apakah kepercayaan itu harus saya hiraukan? Tidak. Akhirnya dengan bermodalkankan nekat dan janji pada orang tua bahwa saya akan lebih berprestasi, saya mencalonkan diri sebagai Local Committee Director (ketua umum) IAAS Universitas Sebelas Marert (UNS Periode 2016/2017). Maka sejak hari dimana saya terpilih, saya akan menjadi kepala dari sebuah keluarga beranggotakan 93 orang-orang berbakat milik Fakultas Pertanian UNS. Pada saat yang sama saya menyelesaikan sisa masa bakti sebagai Exchange

Account Manager of Business Development Department AIESEC UNS. Sejak awal saya sadar setahun kedepan akan menantang, namun saya percaya akan luar biasa dan worth it.

Seperti organisasi pada umumnya, awalnya, semuanya berjalan lancar dan membahagiakan tanpa masalah. Kita melakukan perencanaan setahun kedepan dan merekrut member. Namun, menariknya dari suatu organisasi adalah ketenangan tidak pernah bertahan lama, dan justru disinilah menariknya, bagaimana kita bersama menghadapi dan menyelesaikan masalah. Masalah awal adalah menentukan siapa yang akan berada di team kita. Semua orang memiliki hak untuk belajar dan pasti ketika mereka mendaftar dalam suatu organisasi mereka turut membawa mimpi mereka. Namun, kita tidak dapat menerima semuanya, suatu organisasi memiliki visi dan kita harus menyeleksi siapa yang paling sejalan dengan visi tersebut. Terkadang orang berpikir mereka tidak baik karena tidak terekrut, padahal sesungguhnya mereka memiliki peluang lebih besar untuk menjadi yang terbaik ketika bergabung dengan organisasi lain, karena jika mereka bersama IAAS mereka akan sulit berkembang karena tidak cocok dan IAAS tidak dapat memberikan banyak hal kepada mereka. Penempatan dalam department juga begitu, semua dimasukkan sesuai minat dan bakat mereka, hal ini juga melalui banyak pertimbangan dan tiap kepala departemen juga akan mengalami konflik dengan istilah “rebutan anak”. Sebagai seorang ketua, saya harus bisa menengahi dan bersifat objektif. Untuk itu saya harus memahami track pendaftar melalui berkas mereka, juga memberi pengertian kepada presidium tentang keperluan mereka dan pembagian yang adil dalam organisasi.

Selanjutnya banyak sekali hal yang kami lalui, mulai dari membuat event kerjasama yang besar dengan partner ternama dalam waktu H-1 minggu dengan panitia hanya 11 orang yang saat itu sibuk dengan praktikum dan ujian hingga kehilangan kepala departemen. Begitu pula antusiasme member, ketika pergantian term maka terjadi seleksi alam dan kami mulai kehilangan mereka. Cek-cok antar member juga sering terjadi terutama dalam kepanitiaan besar. Namun, hal yang selalu saya tekankan dengan presidium saya adalah, amanah tidak pernah salah memilih pundak, apapun yang terjadi di depan kalian tidak ada opsi berhenti hanya ada hadapi dan beristirahat sejenak, kalian pasti akan lelah, menangis, kesulitan tapi saya jamin kalian akan belajar minimal belajar bahwa kalian lebih kuat dari semua hal yang menjatuhkan kalian dan kalian kelak tidak pernah menyesali itu ketika semua sudah usai. Alhamdulillah, kami tidak pernah berhenti dari berbagai ujian yang kami lalui, kami menyelesaikannya. Meskipun terkadang kita harus mengalah dari ekspektasi, tapi semuanya selalu dalam batas kepuasan. Dalam kepengurusan ini kami mencapai berbagai prestasi, mengirimkan peserta exchange terbanyak di dunia, menerima peserta exchange nasional dan internasional lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, memiliki 5 partner lingkup Jawa Tengah, berhasil menyelesaikan produk desa binaan dan memasarkannya, menjadi tuan rumah National Congress, mengadakan International Workshop arranged by student pertama di UNS, menerima 2 kali kunjungan LC Nasional, dan membimbing anak-anak desa Kemuning. Semua ini

karena kerja keras dan kekuatan bersama, saya selalu bangga dengan 93 orang hebat di IAAS UNS.

Bagaimana rasanya menjadi ketua? Rasanya sangat melelahkan seperti 24 jam dalam 7 hari kurang, rasanya sedih ketika saya tidak total karena itu mengecewakan anak-anak IAAS, rasanya marah ketika ada kegiatan dan saya tidak bisa berada disana mensupport mereka, rasanya sebal ketika saya sudah melakukan yang terbaik namun tetap menerima respon negatif, namun secara bersamaan rasanya sangat-sangat menyenangkan ketika saya berkumpul dengan mereka dan melihat senyum di pipi mereka, rasanya sangat bermanfaat ketika saya terlibat melakukan sesuatu untuk khalayak umum, rasanya semua terbayarkan ketika 335 hari berlalu dan saya masih disini bersama mereka semua dan mengakhiri masa kepemimpinan ini dengan kebersamaan yang masih terjalin. Jika diminta memilih hal yang paling saya senangi di IAAS itu menjadi jawaban yang sulit karena semuanya menyenangkan. Namun salah satunya adalah saya senang IAAS dapat berkontribusi meningkatkan kepedulian, ekonomi, dan edukasi di desa Kemuning, Karanganyar. Melalui pengabdian desa ini kami memahami bahwa benar kita dapat membangun Indonesia dari desa dan berbagi memang merupakan hal yang paling membahagiakan.

Bagaimana tips and trick menjadi ketua? Jadi ketua memang harus menjadi panutan. Kalian harus memacu diri kalian sendiri menjadi yang paling baik, Banyak-banyaklah belajar dan berkomunikasi, ketua pasti menjadi orang yang paling dicari untuk diskusi mencari solusi dan juga dari ketualah kenyamanan berorganisasi itu didapatkan. Kalian harus peka dan harus melihat segala hal dengan tenang dan objektif karena ketika kalian salah pilih dan tidak ada orang dibelakang kalian yang membackup maka kalian akan menjadi sumber kesalahan. Ketua boleh marah, jika kemarahan itu menyadarkan, namun marahnya harus beretika harus marah yang memiliki dasar dan memberikan jalan keluar. Ketua harus mau disalahkan, namun ketua juga harus selalu punya penjelasan atas kesalahan yang ditudingkan itu karena ketua tidak bermaksud superior hanya saja ketua harus menjaga wibawanya untuk contoh yang baik bagi anggotanya. Jika kalian sebagai ketua membutuhkan istirahat, berilah pengertian kepada presidium dan anggota kalian, dan delegasikanlah tugas kalian agar tidak terbengkalai. Menjadi pemimpin itu memang tampaknya susah, namun semua orang harus memahami bahwa jiwa kepemimpinan itu ada di dalam mereka, dan mereka semua dilahirkan sebagai pemimpim untuk tujuan menjadi pemimpin di masa depan. Kalian hanya perlu mempersiapkan diri lalu menantang jiwa kepemimpinan kalian untuk bangun. Ingat, WE ARE LEADERS!

Semua ilmu kepemimpinan ini tidak saya dapatkan sendiri, saya selama satu tahun sejak menjadi Local Committee Director IAAS LC UNS dibimbing oleh Bakti Nusa dari Dompet Dhuafa melalui Beasiswa Aktvis Nusantara. Beasiswa ini tidak hanya mensupport saya secara finansial melalui uang pembinaan yang dapat saya gunakan sebagai penunjang kebutuhan dalam berorganisasi, namu memberikan saya pelatihan kepemimpinan sehingga saya benar-benar dibimbing menjadi pemimpin yang mau dan mampu memberikan manfaat untuk umat.

Terlebih saya dapat berkumpul dengan para aktivis, orang-orang berpengaruh di 13 Universitas ternama seluruh Indonesia sehingga saya dapat belajar dari mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan layak. Bakti Nusa memperluas wawasan saya, menguatkan nasionalisme, mengasah cara berpikir, dan memacu kepekaan sosial saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun